ilustrasi
ilustrasi
RMOL. Konflik sosial yang muncul pada kegiatan usaha perkebunan di beberapa daerah seperti di Mesuji, Sumatera Selatan serta Lampung dan usaha pertambangan di Bima, Nusa Tenggara Barat yang terjadi tidak dominan dipengaruhi faktor pengusaha yang bandel atau abai terhadap kepentingan lingkungan sosial masyarakat.
Tetapi lebih karena rusaknya tatanan birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Hal itu disampaikan ekonom Dahnil Anzar Simanjuntak kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini (Selasa, 27/12).
"Prosedur bisnis yang telah diatur yang dilengkapi dengan perangkat perlindungan terhadap kerusakan lingkungan dan harmonisasi sosial kemasyarakatan dilanggar dan dinegasikan oleh birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Sehingga pengusaha pada akhirnya harus berhadap-hadapan dengan masyarakat yang tak puas dan dirugikan," jelasnya.
Populer
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
UPDATE
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34