Berita

syahganda nainggolan/ist

KASUS MESUJI

Copot Kepala BPN atau Bentuk Otoritas Tunggal Pertanahan Nasional

SELASA, 20 DESEMBER 2011 | 11:40 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

RMOL. Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto dianggap sebagai pejabat yang paling bertanggung jawab atas serangkaian kasus sengketa lahan, termasuk kasus dugaan pembantaian warga Mesuji yang ada di Lampung dan Sumatera Selatan karena konflik sengketa lahan dengan perusahaan.

"Jadi harus diganti Kepala BPN. Karena dia yang harus bertanggung jawab. Sertifikat lahan diberikan kalau dia yakin tidak ada muncul sengketa lahan," jelas Ketua Dewan Direktur Sabang Merauke-Circle Syahganda Nainggolan kepada Rakyat Merdeka Online lewat sambungan telepon (Selasa, 20/12).
 
Selanjutnya, masih menurut mantan Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) '98 ini, pemegang otoritas pertanahan harus diintegrasikan secara nasional agar kasus Mesuji tidak kembali terjadi. Dan pemegang puncak otoritas itu ada di Kementerian Dalam Negeri, bukan di Kementerian Kehutanan.


"Kalau sekarang, otoritasnya di (Kementerian) Kehutanan. UU Kehutanan yang baru disebutkan 70 persen Indonesia itu adalah hutan. Artinya orang itu jadi tergantung kepada (Kementerian) Kehutanan. Jadi otomatis tumpang tindih," jelasnya.

Belum lagi, perizinan pembukaan lahan menjadi tumpang tindih dengan adanya peraturan daerah-peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). RTRW ini juga merasa paling berkuasa. "Semua rencana pembangunan harus tunduk pada RTRW yang sekarang sedang dibahas," jelasnya.

"Satu-satunya jalan, harus ada otoritas tunggal pertahanan nasional," ungkapnya mengusulkan.

Bukankah sudah ada BPN?

"BPN itu hanya mengurus tanah-tanah di luar kawasan kehutanan. Jadi kalau tanah-tanah yang di kehutanan, BPN tidak bisa masuk. Untuk kawasan pertambangan (BPN) juga tidak bisa masuk. Atau peran BPN diperluas. Tapi orangnya (yang saat ini di BPN) harus diganti," jelasnya. [zul]

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya