RMOL. Lima belas pekerja sibuk menyelesaikan dua gapura setinggi 10 meter. Ada yang mengaduk semen. Ada juga yang memplester dinding. Menatap ke atas, terlihat empat pekerja terlihat sedang memasang lambang burung Garuda di gapura kiri. Lainnya meletakkan patung bola dunia di gapura kanan.
Kedua gapura itu dipisahkan jalan selebar 20 meter. Jalan itu dilapisi cone block. Cone block yang menutupi tanah di depan gapura diberi corak. Bentuknya lingkaran dengan warna merah, biru dan kuning.
Inilah gerbang masuk InÂdoÂnesia Peace and Security Centre (Peacekeeping). Pusat pelatihan bagi tentara Indonesia yang akan diterjunkan dalam misi perÂdaÂmaian PBB ini berada di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat. TemÂpat ini juga menjadi pusat pelatiÂhan penanggulangan teroris dan penanganan bencana.
“Gerbang ini sudah selesai 80 persen. Ditargetkan dalam dua minggu sudah selesai,†kata SasÂtro, salah seorang pekerja. Untuk mengejar target itu, peÂngerjaan dilakukan 24 jam sehari. Sistem shift pun diberlakukan. Para pekerja juga diminta lembur.
“Kita kan pekerja. Kalau diÂinstruksikan seperti itu ya harus siap. Apalagi, targetnya sudah seÂbentar lagi. Kudu cepat-cepat keÂlar,†pria asal Ngawi, Jawa Timur.
Pusat pelatihan ini berdiri di atas lahan seluas 261 hektar. DiÂbangun di puncak bukit yang terÂletak di Desa Sukahati, KeÂcaÂmatan Citeureup, Sentul, Bogor. Sebagian lahannya akan dijaÂdiÂkan kawasan hijau.
Saat HUT ke-66 TNI di CiÂlangkap, Jakarta Timur, Presiden SBY menargetkan Peacekeeping Centre sudah bisa digunakan akhir tahun ini.
Senin lalu, Rakyat Merdeka berÂkunjung ke Peackeeping CenÂtre ini. Sebagian besar bangunan di pusat pelatihan ini belum selesai. Letaknya terpisah-pisah. Hampir semua bangunan berada di atas bukit.
Puluhan pekerja berbaur deÂngan tentara untuk menyeÂleÂsaiÂkan bangunan yang terletak di atas bukit. Terlihat enam pekerja sedang mengelas ukiran besi rakÂsasa berbentuk huruf. Huruf-huÂruf itu akan ditancapkan ke tanah sehingga membentuk sebuah tulisan “Santi Dharmaâ€.
“Rencananya ini akan menjadi simÂbol dan nama dari kawasan ini. Diletakkan di puncak bukit biar bisa dilihat dari mana pun,†kata Sumarno, seorang pekerja yang sedang memegang tangga, tempat berpijak rekannya naik ke atas.
“Kalau huruf-huruf sudah teÂrangkai semua, masih ada proses menghias dan pelistrikan agar keÂtika malam, namanya bisa meÂnyaÂla dan terlihat dari jarak yang jauh,†kata Sumarno.
Tulisan “Santi Dharma†yang diÂpasang di atas bukit ini meÂngingatkan kita akan tulisan HollyÂwood di Amerika. Tulisan itu juga dipasang di atas bukit seÂhingga kelihatan dari kejauhan. Saat malam hari, landmark ini dihiasi lampu sehingga tetap terbaca dari kejauhan walaupun langit gelap.
Tentara yang bekerja di sini meÂmilih tutup mulut mengenai pemÂbaÂngunan Peacekeeping Centre ini. Mereka mengaku diÂperintahkan menjaga sekaligus membantu peÂnyelesaian pemÂbangunan.
Menyusuri kompleks pusat peÂlÂatihan ini, Rakyat Merdeka menÂdapati jalan menurun dan meÂnanÂjak. Seluruh jalan sudah dilapisi aspal. Aspalnya berwarna hitam pekat menandakan masih baru. Di pinggir jalan di sediakan troÂtoar dari cone block.
Lahan yang akan dijadikan kaÂwasan hijau masih berupa tanah merah. Belum ditanami pepoÂhonan. Bukit di samping gerbang juga akan dijadikan kawasan hijau. Di sini sudah ditanami reÂrumÂputan, tapi belum merata.
Dinding bukit dilapisi batu dan disemen. Fungsinya sebagai peÂnahan longsor. Penahan longsor ini berundak-undak mengikuti kontur tanah.
Di atas dari kawasan hijau terÂdapat dua bangunan besar. KonÂdisinya sudah rapi. Salah satu baÂngunan akan digunakan sebagai ruang makan.
Melewati jalan yang memutar dan menanjak, terdapat beberapa bangunan. Letaknya di sebelah kiri. Berada di bawah jalan. BaÂngunan-bangunan ini ruang bagi pelatih. Bentuk bangunannya memanjang dan dilengkapi laÂpaÂngan besar.
Di bukit tertinggi terhadap dua bangunan berlantai tiga. BenÂtukÂnya memanjang. Posisinya berÂjeÂjeran. Dari bentuknya bangunan ini tampaknya bakal digunakan sebagai barak.
Truk Militer Melintas Setiap 15 Menit
Embusan hawa sejuk langÂsung terasa begitu memasuki kawasan Santi Dharma, Sentul, Bogor. Padahal, hari masih siang. Matahari seolah malas bersinar karena ditutupi awan mendung.
Mendekati kawasan Santi Dharma, bau-bau militer sangat kenÂtal. Pengamatan Rakyat MerÂdeka, sepanjang jalur yang menuju kawasan Peacekeeping Centre dipenuhi truk-truk besar yang biasa digunakan untuk mengangkut prajurit. Setiap 15 menit sekali truk-truk berwarna hijau melintas.
Kendaraan besar pengangkut tanah dan batu juga tak mau kaÂlah memenuhi jalan setapak terÂsebut, bergantian bersama truk TNI. Ada yang menuju ke atas dengan muatan tanah dan batu. Ada pula yang menuju keluar seÂtelah menurunkan muatan.
Sekitar 20 meter dari pintu gerÂbang utama, beberapa pekerÂja beristirahat di warung yang terletak di kiri jalan. Ada tiga warung di sini. Semuanya menÂjual makanan dan minuman.
Dari pinggir jalan raya hingÂga mendekati pintu gerbang PeaceÂkeeping Centre hanya waÂrung makan ini yang bisa diÂjumÂpai. Tak heran, kedai ini diÂserbu peÂkerja yang hendak meÂlepas lelah.
“Kami manfaatkan warung ini untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan beli miÂnuÂman. Kalau lagi senggang seÂperÂti ini, kami gunakan untuk miÂnum kopi,†kata Djoko, salah seorang pekerja yang sedang duduk di sudut warung.
Djoko bersama teman-teÂmannya mengaku sedang istiÂraÂhat. Rombongannya kebagian gelombang kerja ketiga.
“Di sini gantian istirahatnya. Biar warung tidak penuh dan pekerjaan tidak terbengkalai. Kami ini masuk dalam goloÂngan yang ketiga mendapatkan jatah istirahat selama setengah jam,†jelasnya.
Pria berumur 42 tahun ini mengatakan, selama meÂngerÂjaÂkan proyek mereka tinggal di beÂdeng-bedeng di kawasan ini. Bedeng itu terbuat dari tripleks.
Para pekerja membangun bedeng di dekat lokasi mereka bekerja. Djoko lalu menunjuk beÂdeng besar yang terletak di kiri jalan sebagai tempat tingÂgalÂnya bersama pekerja lainnya.
Beberapa pekerja memilih tak tinggal di bedeng. Menurut Djoko, pekerja yang berasal dari warga sekitar pulang ke ruÂmah setelah jam kerja selesai. Saat istirahat makan, pekerja itu kemÂbali ke rumahnya masing-masing. Tapi ada juga diantar makanan oleh keluarganya.
Berapa pekerja di sini? “Saya kurang tahu. Karena mereka bekerja sesuai lokasi masing-masing. Banyak juga pekerja yang berasal dari daerah sini,†kata Djoko. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17