RMOL. Polarisasi tajam di gerakan mahasiswa harus ditaklukkan dengan konsolidasi potensial yang cepat. Dengan demikian pergerakan mahasiswa mendapat hasil nyata berupa perubahan sebelum berlangsungnya agenda elit politik di Pemilu 2014.
Demikian dikatakan Wakil Sekjen Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Bimbi Tuankotta, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 16/11). Satu hal yang tak bisa diubah bahwa gerakan oposisi pemerintah harus kembali dikendalikan kelompok kampus.
"Sudah benar kalau teman-teman lakukan konsolidasi di kampus dan lakukan protes kritik pada pemerintahan saat ini. Kalau nyatanya terjadi penyurutan, artinya hari ini yang pertama harus dilakukan adalah mengembalikan kepercayaan publik pada gerakan itu sendiri," ujar Bimbi.
Menurutnya, mahasiswa seluruh Indonesia sudah satu suara bahwa semua persoalan bangsa saat ini terjadi karena sifat rezim yang berkuasa. Namun di sisi lain, konsolidasi di pergerakan kampus masih terasa parsial.
"Maka hari ini saya menyerukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia lakukan konsolidasi potensial. Apa yang harus kita lakukan adalah untuk ambil alih gerakan dari gerakan orang tua yang sudah gagal dan cenderung pada
deal politik," katanya.
Dia masih optimis bahwa perubahan radikal akan mengalami percepatan berdasarkan pada kondisi obyektif bangsa yang sudah carut marut dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat banyak..
"Sebelum 2014 harus lakukan perubahan. Perubahan itu tidak bisa kita kasih gratis pada elit politik lewat Pemilu, karena demokrasi prosedural itu sudah terbukti gagal membawa kesejahteraan," tegasnya.
Dia mengingatkan lagi bahwa sejarah dunia membuktikan mahasiswa Indonesia dan mahasiswa di seluruh dunia pada akhirnya jadi motor perubahan. Dan di Indonesia, kecenderungan rezim untuk melakukan aksi represif menahan arus perubahan sudah menjadi kenyataan.
[ald]