RMOL. Dengan lolosnya Partai Nasdem sebagai partai politik baru di 2014, maka mengubah drastis konstelasi kekuatan politik di Indonesia. Partai tersebut muncul di saat citra partai politik senior terpuruk di mata masyarakat. Di sisi lain, masyarakat Indonesia tidak melihat ideologi partai politik sebagai magnet.
Demikian dikatakan politisi senior Zainal Bintang. Menurutnya, harapan pada Nasdem sangat besar untuk menghilangkan virus pragmatisme dalam jagat politik nasional.
"Saat ini rakyat lihat partai-partai lama itu menggarong uang negara, pragmatis dan korup. Situasi ini yang menjadikan Partai Nasdem eye catching alias menarik perhatian. Ibarat maskapai lama sudah sudah usang, sekarang datang maskapai baru dan menggoda orang mendekati," ujar mantan Ketua DPP Partai Golkar ini saat berdialog dengan Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Sabtu siang, 12/11).
Dia mengatakan, kalau mau besar di 2014, maka Nasdem harus mampu mencuri momentum ketika publik kecewa pada partai yang buruk reputasinya. Bahwa apakah Partai Nasdem berhasil memikat rakyat, lanjut Bintang, maka sejarah yang akan buktikan nanti.
"Partai-partai lama tak bisa klaim diri sebagai jagoan lagi. Mereka sendiri yang mendegradasi popularitasnya dengan tokoh-tokoh mereka yang korup dan kegagalan program pro rakyat. Tekananan degradasi ini datang dari tiga penjuru yang membuat partai lama disorientasi," tegasnya.
Yang paling penting diamati adalah, apakah Partai Nasdem bakal mengikuti rekam jejak partai lama dengan melakukan pendekatan politik uang kepada konstituennya. Apalagi, di dalamnya terjadi penyatuan modal dua konglomerat kakap yang juga raja media. Dengan penggabungan itu, partai punya keunggulan finansial sekaligus sosialisasi.
"Kita masih harus pantau, jangan-jangan ambil alih kelakuan partai lama, pragmatis, pendekatannya masih sama dengan politik uang. Bisakah tawarkan perubahan tidak gunakan itu lagi?" ucapnya bertanya-tanya.
Pendekatan apa yang harus dilakukan Partai Nasdem pada calon konstituennya, Bintang mengatakan isu restorasi Indonesia yang diusung memang terlalu tinggi. Tapi bisa disederhanakan dan mudah masuk akal rakyat dengan implementasi teknis operasional yang dielaborasi di lapangan.
Kalau Nasdem mau dapat simpati, maka harus pelopori gaya hidup sederhana, hemat, kadernya tidak hedonis dan perbanyak program kerakyatan.
"Kita alami kekurangan pupuk, pendidikan, ribuan sekolah terancam ambruk. Uang Nasdem yang banyak dipakai langsung membangun program kerakyatan, bukan lagi untuk sogokan Rp 50 ribu per orang, sementara korupsinya lima tahun. Kader-kadernya kampanye hemat, sederhana, tidak buang-buang dana untuk konsumtivisme," saran dia.
"Kalau dia bisa tumbuhkan itu, berhasil melakukan gerakan rakyat, di 2014 dia masuk lima besar. Bahkan bisa tiga besar," imbuhnya.
[ald]