Berita

patung sudirman/ist

Ada Paradoks, Indonesia Sesuka Hati Mendangkalkan Pahlawan

SABTU, 12 NOVEMBER 2011 | 09:36 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Bangsa Indonesia masih terkendala dengan obyektivitas historis dalam menentukan siapa saja pahlawan nasionalnya. Gelar pahlawan masih sekadar istilah yang kurang makna dan diproduksi sesuka hati.

"Di seluruh dunia ini, baru Indonesia yang punya pahlawan sebanyak ini. Tiap tahun kita produksi pahlawan baru," kata politisi Indra Jaya Piliang dalam acara Polemik Sindo Radio bertajuk "Pahlawan" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (12/11).

Bahkan menurutnya, bangsa ini sudah sesuka hati melakukan simbolisasi pada sosok pahlawan-pahlawan yang memang memiliki nilai kepahlawanan sangat tinggi, seperti terjadi pada penamaan jalan-jalan raya yang dianggap cukup sebagai penghormatan pada pahlawan.


"Lihat Jalan Jenderal Sudirman itu, di jalan itu kita injak-injak, kita preteli nilai-nilai yang dipunya Jenderal Sudirman sebagai sosok sederhana, sosok guru, sangat pahlawan. Sedangkan patungnya ada di jalan yang penuh nilai komersil," katanya.

Sedangkan budayawan Radhar Panca Dahana dalam kesempatan sama, mengatakan gelar pahlawan tidak dilihat makna intrinsiknya tapi simbolik saja. Disitulah kemudian timbul paradoks-paradoks.

"Pemulung, pembantu rumah tangga bisa jadi pahlawan. Ada perluasan makna pahlawan dan pada saat bersamaan terjadi pendangkalan makna pahlawan," terangnya.

Menurutnya, semua orang bisa jadi pahlawan, tapi paradoksnya adalah banyak kritik pada pahlawan. Misalnya, dua nama pahlawan nasional yaitu Diponegoro dan Buya Hama yang masih sulit diterima sebagai pahlawan bagi masyarakat di daerah lain selain daerah asal kedua nama itu.

"Paradoksnya lagi, muncul banyak pahlawan di saat sama muncul tindakan yang anti kepahlawanan. Artinya, pahlawan tak mampu mentransfer nilai itu ke khalayak banyak. Percuma banyak pahlawan tapi nilai-nilai luntur," tandasnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya