Berita

ilustrasi

ALIRAN DANA FREEPORT

Prajurit Cuma Dapat Dikit, Siapa yang Makan Sisanya?

KAMIS, 10 NOVEMBER 2011 | 15:55 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Dana bantuan operasional dari PT Freeport Indonesia di Papua ke institusi aparat keamanan harus diungkap ke publik, berapa yang diterima oleh prajurit di lapangan dan dikemanakan sisanya.

"Mari kita lihat, sejujurnya berapa yang diberikan bantuan Freeport untuk pengamanan itu. Tapi tetap prinsipnya negara yang harus biayai operasional prajurit kita," tegas Wakil Ketua Komisi I DPR, Mayjen (Purn) TB Hasanuddin, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 10/11).

TB mengatakan, angka yang terbuka ke publik US$ 14 juta tidaklah wajar untuk dikatakan sebagai pengganti lauk pauk prajurit bertugas. Apalagi setelah didapat angka aparat yang berjaga disana hanya mendapat sekitar Rp 40 ribu per hari atau satu bulannya Rp 1,25 juta per kepala.


"Kalau sampai dengan US$ 14 juta per tahun itu enggak wajar, sementara yang diterima prajurit sangat kecil, Rp 1,25 juta per bulan. Kita hitung saja, kalau ada angka sekitar Rp 120 miliar per tahun. Yang jatuh ke prajurit berapa, lalu sisanya kemana? Itu yang harus diusut tuntas dan dibuka ke publik, siapa yang makan?" urainya.

Dia mengatakan, ada 150 prajurit TNI yang bertugas membantu 530 petugas polisi melakukan pengamanan. Kalau dikalikan dengan jumlah seluruh petugas (680 orang) tentu saja angka US$ 14 juta sangat tak masuk akal dibandingkan dengan jatah per kepala prajurit yang bertugas.

"Dan TNI adalah di bawah kendali operasi polisi. Maka logikanya uang itu datangnya kepada polisi," ucap TB.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution di Mabes Polri, Jakarta Selatan, kemarin mengaku tiap anggota polisi yang menjaga areal PT Freeport Indonesia, Papua menerima Rp 1,25 juta per bulan dari perusahaan asal Amerika Serikat itu.

"Anggaran itu sebagai tunjangan dalam rangka pengamanan di obyek vital nasional (OVN). Kalau kita hitung per hari itu kan paling sekitar Rp 40 ribu. Kalau di Papua enggak bisa buat apa-apa itu," keluhnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya