Berita

ilustrasi

Kolonialisasi Kembali Harus Dilawan dengan Nasionalisasi

KAMIS, 10 NOVEMBER 2011 | 11:49 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Selama puluhan tahun imperialis terlibat langsung dalam menjarah kekayaan alam Indonesia, seperti tambang, hutan, pertanian, dan seluruh potensi aset milik rakyat Indonesia. Selain itu, modal-modal asing juga begitu mudah menguasai sebagian besar perekonomian Indonesia, seperti telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, perbankan.

Itu semua karena keterlibatan pihak asing dalam menyusun UU yang pro-neolib di Indonesia, seperti UU Ketenagakerjaan, UU Kelistrikan, UU Migas, UU Minerba, UU Perguruan Tinggi, UU Penanaman Modal dan lainnya. Kenyataannya, kekayaan alam yang melimpah tak sanggup digunakan sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat negeri. Malah rakyat cuma jadi korban akibat lahannya disulap jadi wilayah operasi penambangan pihak asing seperti Freeport, Newmont, Caltex, dan Inco. Ironi itu juga yang terjadi di bumi Papua.

"Persoalan yang terjadi di Papua merupakan bentuk kolonialisasi kembali, bentuk penjajahan gaya baru. PT Freeport Indonesia mengeruk tambang emas dan tembaga di tanah Papua, sementara Indonesia sendiri hanya mendapat 1 persen," ujar Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi Lamen Hendra kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (10/11).


Freeport adalah "hadiah" pertama asing kepada Orde Baru pada tahun 1967. Sayangnya kehadiran tambang Freeport yang memiliki nilai buku sebesar Rp 190 triliun itu tidak berdampak sama sekali pada peningkatan kesejahterakan rakyat.

"Seharusnya rakyat sebagai pemilik sah atas lahan-lahan tambang berhak untuk mendapatkan jaminan kesejahteraan. Hingga sekarang rakyat Indonesia masih berada dalam kemiskinan massal," katanya.

Karena itu menurutnya ketidakmampuan pemerintahan SBY-Boediono mengelola sendiri kekayaan alam guna memajukan dan menyejahterakan kehidupan rakyat merupakan bukti gagalnya rezim menjalankan amanah UUD 1945. Dalam kaitannya dengan konflik Papua, Lamen pun menyerukan tuntutan nasionalisasi tambang Freeport untuk meredakan konflik Papua dengan pemerintahan pusat.

"Nasionalisasi PT. Freeport untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dan hentikan operasi militer dan kekerasan di Papua. Kalau tidak bisa, turunkan rezim SBY-Boediono," tandasnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya