Berita

ahmad kasino/ist

Yang Kepingin Pemilu 2014 Bagian dari Penikmat Budaya Korup

RABU, 09 NOVEMBER 2011 | 15:31 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Hanya sibuk bicara pencapresan dan ambang batas parlemen pemilu 2014 adalah bukti lagi bahwa elit politik Indonesia sangat rakus akan sumber daya kekuasaan. Sementara, nasib kasus-kasus korupsi besar semakin kabur dari penuntasan dan kesejahteraan rakyat tak jadi urusan penting lagi.

"Kasus-kasus korupsi seperti skandal korupsi Century, kasus Nazarudin, mafia pajak dan kasus hukum lainnya menguap hilang begitu saja. Sementara di satu sisi kesenjangan sosial di era rezim SBY-Boediono antara yang kaya dan yang miskin semakin lebar," kata aktivis Gerakan Indonesia Bersih Ahmad Kasino kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 9/11).

Ironi yang terjadi di negeri ini menurutnya tampak jelas dari penggunaan akses kekuasaan yang secara rakus dipakai untuk menjarah uang rakyat. Sementara angka kemiskinan rakyat kian tambah, rakyat tidak berdaya secara ekonomi dan sosial, tercermin dari kasus nyata di lapangan dan peningkatan angka kriminalitas melalui modus-modus terbaru.


Tokoh barisan aktivis 98 ini juga menyoroti kegagalan pemerintah pusat dan kesan hendak cuci tangan elit Jakarta atas konflik berkepanjangan di Bumi Papua. Padahal, keinginan merdeka dari warga Papua adalah akibat salah urus puluhan tahun. Hal itu cuma bisa diredam dengan langkah konkret pembangunan kesejahteraan rakyat dan menghentikan kekerasan aparat pada rakyat.

"Kita juga melihat kohesi sosial yang semakin rentan sehingga menimbulkan konflik horizontal dimana-mana," jelasnya.

Kasino menegaskan bahwa gerakan oposisi ekstra-parlemen tidak percaya lagi bahwa pemilu 2014 bakal mengubah kondisi menjadi lebih baik karena pengalaman pemilu 2009 yang dimenangkan dengan manipulasi dan kecurangan.

"Memberikan kesempatan pada pemerintah SBY-Boediono sampai 2014 sama saja merusak dan memperparah keadaan bangsa ini," tegasnya.  

Kasino menambahkan, kelompok yang menginginkan perubahan lewat pemilu 2014 adalah kelompok elit penikmat budaya korupsi yang sedang tumbuh.

"Sedangkan kita menginginkan perubahan secepatnya agar rakyat tidak semakin menderita. Perubahan yang kita inginkan adalah mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur kecukupan sandang, pangan dan papan serta jaminan kesehatan dan pendidikan," tandasnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya