Berita

sohibul iman/ist

KONFLIK PAPUA

Bau Permainan Asing Tuntut Ketegasan Pemerintah

Lamban Penanganan Kian Rugikan Negara
KAMIS, 03 NOVEMBER 2011 | 12:11 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Pemerintah harus segera turun tangan secara menyeluruh dalam penanganan konflik di Papua yang didominasi sengketa pemerintah dengan PT Freeport.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera di Komisi VII DPR, Sohibul Iman, menegaskan perlunya penyelesaian sampai ke akar masalah. Apalagi, hingga saat ini status force majeure sudah diberlakukan oleh PT Freeport-McMorans sejak 22 Oktober lalu.

"Sebagai perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang sedang dalam proses renegosiasi dengan pemerintah Indonesia terkait kontrak karya pertambangan, ini jelas akan merusak proses renegosiasi yang sedang digodok bersama DPR,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (3/11).


Dia menyatakan mendukung sikap pemerintah terkait penetapan tarif royalti pertambangan sesuai PP 45/2003 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak. Disitu disebutkan bahwa tarif royalti untuk jenis komoditas tambang tembaga adalah 4 persen dari harga jual per ton dan untuk komoditas tambang emas adalah 3,75 persen dari harga jual per ton.

"Dengan royalti sekarang dimana Freeport hanya menyetor 1 persen jelas sangat merugikan negara,” tambahnya.

Sohibul juga mengungkapkan hitung-hitungan jumlah kehilangan PNBP bila tarif royalti Kontrak Karya tersebut tidak sesuai dengan PP 45/2003. Dia jabarkan, bila sesuai kontrak dengan Freeport, PNBP berjumlah Rp 1,65 triliun (dengan kurs US$ 1 = Rp 8.950). Namun bila pemerintah menerapkan PP 45/2003, pendapatan negara untuk tambang Freeport ini mencapai Rp 2,48 triliun.

"Yang mengherankan adalah kisruh Papua terjadi ketika proses renegosiasi sedang berlangsung, dan pada saat yang sama PT Freeport  menjadi salah satu perusahaan pertambangan yang menolak seluruh klausul renegosiasi," katanya.

Dengan adanya dugaan kepentingan asing yang bermain, Sohibul semakin menegaskan pentingnya peran Pemerintah khususnya kementerian ESDM untuk tetap konsisten memperjuangkan hak-hak negara yang hilang.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya