RMOL. Keputusan bos MNC, Hary Tanoe, masuk ke Partai Nasdem bisa dipastikan menyeret media massa untuk berpolitik. Langkah Hary Tanoe, yang sempat terseret kasus Sisminbakum bersama kakaknya, punya tujuan untuk membuat dirinya menjadi pemain kuat dalam jagat perpolitikan nasional.
"Sebagai pribadi, ini ajang aktualisasi dia. Bisa dibilang dia sudah punya segalanya, harta dan takhta. Dia itu kuat dan punya infrastruktur. Saya rasa lewat alasan itu dia masuk ranah politik dan juga punya motif kekuasaan," ujar Direktur Strategi Pemenangan Lingkaran Survei Indonesia, Budi Prasetyohadi, kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (13/10).
Sebagai pebisnis, lanjut Budi, langkah Hary Tanoe itu pasti diawali dengan perhitungan matang. Menurut dia, pilihan Hary bergabung ke partai yang baru lahir sudah tepat karena disitulah dia bisa mendapatkan posisi strategis.
"Kalau dia masuk PDIP, Golkar atau Demokrat mungkin dia tidak masuk posisi strategis. Dia butuh alat baru supaya dia bisa
powerfull. Tidak mungkin dia mau cuma jadi kepala biro," ucapnya.
Lanjut Budi, keputusan itu bakal memperkuat posisi Hary Tanoe sekaligus Nasdem sebagai partai politik.
"Itu intuisi dia. Saya sambut baik Hary Tanoe masuk ranah politik tapi memang sekarang jadi bukan pengusaha saja yang masuk bursa politik tapi media berpolitik juga. Akan menjadi varian politik baru," katanya.
Diakui Budi, kalau media massa menjadi alat politik, menjadi tidak sehat bagi demokrasi. Seharusnya media berada di tengah, membebaskan bukan membelanggu masyarakat.
"Konteksnya (media massa) jadi alat. Untuk strategi pemenangan itu bagus sekali. Dengan singkat dia bisa capai pengaruh untuk sekian ribu khalayak, tapi lagi-lagi itu tergantung bagaimana kontennya media," ucap Budi.
[ald]