Berita

ilustrasi

Rusuh Freeport, Murni Rakyat Melawan Asing

SELASA, 11 OKTOBER 2011 | 21:11 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Tim independen harus dibentuk untuk mengusut kasus bentrok polisi dengan ribuan pekerja PT Freeport Indonesia di Terminal Gorong-Gorong, Timika, kemarin.

Bentrokan itu mengakibatkan korban di kedua pihak. Dari pihak buruh, seorang pekerja bernama Petrus Ayamiseba, tewas ditembus peluru aparat. Sedangkan di pihak polisi dikabarkan satu orang tewas dan tujuh lainnya luka parah.

Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengatakan, evaluasi harus dilakukan karena dari informasi yang didapatnya ada beberapa kejanggalan. Pertama, tindakan menembak mati warga yang sama sekali tidak bisa dibenarkan baik dari segi HAM maupun prosedur tetap yang berlaku. Kedua, dia meminta kepolisian juga mengevaluasi perlengkapan pasukan di lapangan.


"Polisi harus mengevaluasi prosedur berlaku. Kalau menghadapi rakyat yang rusuh, harusnya mereka dilangkapi perlengkapan yang memadai melindungi nyawa mereka seperti helm, gas air mata, tidak sembarang turun," katanya kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa (11/10).
 
Dia juga menyoroti pemerintah daerah setempat yang harusnya cepat tanggap menjadi jembatan komunikasi antara buruh dengan PT Freeport. Rusuh kemarin adalah klimaks dari protes massa buruh dan penduduk asli yang tidak diperlakukan adil oleh perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu. Protes sudah berlangsung berpekan-pekan tapi belum ada titik temu.

"Pimpinan daerah setempat yang paling bertanggungjawab menjembatani," tegasnya.

TB melihat, persoalan di Freeport murni karena konflik masyarakat dengan perusahaan asing yang tidak baik memperlakukan penduduk asli. Tidak ada unsur gerakan separatis atau permainan asing yang berada di baliknya.

"Saya tidak lihat campur tangan asing, justru dia (masyarakat) melawan Freeport. Menurut saya, tuntutan mereka harus dapat banyak perhatian karena Freeport sudah ambil keuntungan sangat besar dari Indonesia. Ironis kalau masyarakat di sekitarnya, pekerjanya dalam keadaan yang membahayakan dirinya tapi gajinya juga tidak sesuai. Gaji orang Amerika Serikat disana malah berlipat-lipat besarnya," tandasnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya