Berita

Siti Arrahma

On The Spot

Bayi yang Jantungnya di Luar Belum Sempat Kasih Nama

RABU, 28 SEPTEMBER 2011 | 06:27 WIB

RMOL. Khairuddin (28) tertunduk lesu di ruang tunggu kamar operasi bayi di Lantai III Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Raut mukanya kusut. Beberapa kali dia menguap. Sepertinya dia kurang tidur.

Sambil menunggu, pria berja­ket hitam ini pun mencoba me­me­jamkan mata. Kedua tangan­nya yang dilipatkan ke sandaran kursi pada bagian depan coba dijadikan santaran kepala.

Tak sampai 10 menit, Khai­ruddin terbangun. Dia mencoba memejamkan mata kembali sem­bari merebahkan punggung ke san­daran kursi. Tapi juga tak kun­jung membuat dia tertidur.     

Beberapa kali Khairuddin me­ngubah posisi duduknya. Untuk mengisi waktu dia dia mengutak-atik handphone yang diambil dari saku jaketnya. Tak lama berse­lang, telepon genggam itu ber­bu­nyi. Khairuddin mengangkatkan dan terdengar pembicaraan meng­gunakan bahasa daerah. Mirip logat melayu.

Tak lama setelah menutup tele­pon, tiga orang pria keluar dari ruang operasi. Salah satunya me­manggil Khairuddin yang segera menghampiri. “Putri Bapak baru selesai kami operasi. Kami sudah pasang plat besi di dadanya biar nggak kena infeksi. Biar per­na­fasan juga bisa seimbang di kedua dadanya. Kalau mau lihat sudah kami pindahkah ke ruang inku­basi,” ujarnya sambil berlalu me­masuki lift.

“Terima kasih banyak dokter,” jawab Khairuddin sembari me­nun­dukkan badan. Khairuddin adalah ayah dari Siti Arrahma yang men­derita kelainan saat lahir. Jan­tungnya berada di luar rongga dada.

Setelah dioperasi, hidup bayi malang ini tergantung kepada alat bantu. Selang infus dan oksigen dipasang di tubuhnya. Jantungnya yang mungil sebesar jambu air terlihat berdegup cepat meski ditutupi kain kasa.

Kepada Rakyat Merdeka, Khairuddin menceritakan kela­hi­ran anak pertamanya pada 12 September lalu . Sebelum mela­hir­kan, istrinya, Diana mengeluh sakit. Khairuddin yang tinggal di Desa Muara Basung, Kecamatan Pinggir, Bengkalis, Riau itu lalu memanggil dukun kampung un­tuk membantu proses persalinan. Bayi perempuan pun lahir dan diberi nama Siti Rahmah.

“Namun saya terkejut ketika tahu bayi saya lahir dengan kon­disi jantung di luar. Tapi walau bagaimanapun kami harus tabah dan ikhlas menerimanya. Secara manusiawi perasaan saya senang, sedih dan kasihan. Tapi saya nggak pernah kecewa, saya tetap bersyukur biar kondisi Siti be­gi­tu,” ujar Khairuddin.

Di tengah rasa kalut, ia lalu membawa bayinya ke RSUD Duri di Kabupaten Bengkalis. Na­mun pihak rumah sakit tak sanggup merawat Siti.

Siti sempat diinapkan di RS Permata Hati, Duri, sebelum dibawa ke RSUD Arifin Achmad di Kota Pekanbaru. Khairuddin berharap rumah sakit ini bisa menangani Siti.

Pihak RSUD Arifin Achmad tak bisa menampung Siti karena ruang perawatan khusus untuk bayi (NICU) penuh. “Sampai satu jam saya di RSUD tapi tak juga mendapatkan layanan. Akhirnya saya bawa ke rumah sakit Ibnu Sina demi keselamatan anak saya,” keluhnya.

Lagi-lagi Khairuddin menda­pat penolakan. Pihak RS Ibnu Sina menyatakan tak sanggup merawat Siti. Dokter rumah sakit itu lalu merekomendasikan agar Siti dibawa ke Jakarta.

“Akhirnya Dinas Kesehatan Riau dan Pemerintah Daerah Du­ri merujuk ke Harapan Kita. Me­re­ka yang menanggung semua bia­ya. Kita diberangkatkan ke Ja­karta tanggal 19 September. Jadi sudah hampir sekitar 10 hari kita berada di sini,” kata Khairudin.

Khairudin menuturkan, selama mengandung Diana (25) tak me­rasakan kelainan. Bahkan, ketika ngi­dam sang istri juga tak me­min­ta aneh-aneh. “Ngidamnya juga kayak orang hamil biasa, mau­nya mangga muda,” ujar pria telah setahun menjalin pernika­han dengan Diana.

Selama mengandung, Diana rutin memeriksakan diri ke pus­kesmas. Namun karena ke­ter­batasan ekonomi, Khairuddin yang bekerja serabutan ini tak pernah melakukan pemeriksaan USG (ultra sonografi). “Maklum saya kerja cuma cukup buat ma­kan aja. Makanya pas lahiran cuma sanggup pakai jasa dukun beranak aja,” ujarnya.

Khairuddin mengungkapkan nama Siti Arrahma bukan berasal darinya. Tapi nama itu dipilihkan kepala desanya. Khairuddin tak sempat memikirkan nama bagi anaknya karena sibuk mencari pertolongan.

“Yang ngasih nama Pak Kades. Beliau bingung buat kartu ke­luarga (KK) dan surat keterangan tidak mampu (SKTM) nggak ada nama anak saya. KK dan SKTM  di­butuhkan  untuk bikin Jam­kes­da (Jaminan Kesehatan Daerah). Makanya Pak Kades yang bikin nama anak saya,” ujarnya.

Nama Siti Arrahma, menurut Khairuddin, indah. Berdasarkan pe­nuturan kepala desa kepa­da­nya, Siti Arrahma bermakna be­sar harapan agar menjadi rahmat bagi semua orang. “Mudah-mu­dahan anak saya bisa jadi rahmat buat bangsa, warga khususnya bagi keluarga,” harapnya.

Selama berada di Jakarta biaya hi­dup Khairudin ditanggung Pem­da Duri. Pemda juga me­nyewakan kamar kos untuknya untuk satu bulan ke depan.

“Kontrakannya di belakang rumah sakit. Seminggu bayar Rp 375 ribu. Saya juga dikasih uang ma­kan Rp 50 ribu sehari. Se­mua­nya dibayarin Pemda,” ujarnya.

Setelah kelahiran putrinya, Khairuddin mengalami susah tidur. Pria berbadan kurus ini baru bisa memejamkan matanya pada pukul 03.00 WIB. Dirinya selalu mengkhawatirkan anaknya yang dirawat di dalam inkubator.

“Jam 3 baru balik ke kontra­kan. Gimana mau tenang pikiran ke anak terus. Dokter bilang ada ke­majuan dari sebelum-se­belum­nya. Dokter minta saya banyak berdoa biar Siti kuat menjalani pengobatan ini,” tuturnya.

Pihak RS Harapan Kita me­ma­sang plat untuk menutupi jantung Siti. Pemasangan ini untuk men­ce­gah organ vital itu terkena infeksi.

“Kelihatannya agak men­di­nganlah. Memang masih banyak selang yang dipasang di badan­nya. Kondisinya jantungnya se­te­ngah di dalam, setengah di luar karena rongga dadanya masih kecil. Cuma yang di bagian atas sudah dikasih penutup besi,” kata Khairuddin.

Siti Juga Idap Kelainan Jantung

Tim dokter Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) serta Ru­mah Sakit Jantung dan Pemb­u­luh Darah Harapan Kita telah melakukan operasi tahap perta­ma terhadap Siti Arrahma.

Dalam operasi yang berlang­sung Rabu lalu (21/9), tim dok­ter belum bisa memasukkan se­luruh bagian jantung.  “Tempat rumah jantung tidak ada sehingga tidak bisa dimasukkan semua.

Jantungnya tidak bisa masuk 100 persen. Paling hanya 50 per­sen yang masuk. Itu pun bu­kan hal yang mudah,” ujar Rudy Firmansyah Rivai, ketua tim dokter RSAB Harapan Kita.

Rudy menambahkan, Siti juga mengalami masalah ke­lai­nan jantung. Namun, kelainan pada jantung tersebut tidak akan ditangani dalam waktu dekat. Tim masih masih fokus mena­ngani letak jantung.

“Untuk kelainan di dalam jantung, kita belum melakukan koreksi apa-apa karena itu ma­suk dalam rencana selanjutnya. Jadi, jantungnya sendiri belum di­utak-atik. Yang dibetulkan baru posisinya,” urainya.

Ia mengatakan, secara kese­luruhan, gangguan metabolik, gula darah, dan tekanan darah su­dah terkendali meskipun ma­sih ada gangguan pada per­na­pasan pascaoperasi.

Lantaran masih sebagian jan­tung berada di luar, dikha­watir­kan muda terkena infeksi. Un­tuk itu, tim dokter me­nem­pat­kan Siti di ruang semacam in­ku­bator yang steril. Bayi itu pun bergantung kepada ventilator. “Oleh karena itu, akan ada ope­rasi berikutnya agar dia lepas dari ventilator sehingga bisa mengurangi adanya infeksi,” ujar Rudy.

Dicky Fahkri, dokter ahli jan­tung yang terlibat dalam operasi mengatakan upaya me­ma­suk­kan jantung ke dalam rongga dada dilakukan bertahap. Sebab, rongga bagian belakang Siti tidak terbentuk, sehingga tidak ada ruang untuk meletakkan jantung.

“Operasi jantungnya tidak satu tahap, tetapi bertahap. Wa­laupun tidak masuk 100 persen, jantungnya sudah tidak ada lagi di luar, tetapi sudah ada di da­lam rongga dada. Untuk jan­tung, se­mentara kemarin saya tutup de­ngan pericardium (se­laput pem­bungkus jantung),” ucapnya. [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya