Berita

umar s bakry/ist

Umar Bakry: Caci Maki untuk Presiden Akibat Politik Pencitraan yang Lebay

SELASA, 27 SEPTEMBER 2011 | 16:08 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Fenomena masyarakat yang mudah sekali mengeritik Presiden, Wapres atau para menteri dengan caci maki atau tindakan yang menghina simbol negara dianggap tidak mengikuti etika demokrasi.

"Mencaci maki presiden adalah sesuatu yang kurang baik dalam etika demokrasi, itu kurang etis. Tapi kita bukan berarti salahkan begitu saja yang caci maki presiden itu," kata pengamat politik, Umar S Bakry, kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa petang (27/9).

Menurutnya, kritik yang penuh makian atau penghinaan dapat diartikan sebagai sikap yang sudah melalui beberapa tahapan atau mencapai puncak kejengkelan.


"Artinya apa, banyak aspirasi dan opini yang sudah terakumulasi sebelumnya, tapi tidak direspon presiden. Padahal rakyat menilai presiden punya kekuatan yang sangat besar untuk eksekusi aspirasi publik, nyatanya tidak dilakukan SBY," urainya.

Untuk itu, Umar minta Presiden tidak keenakan bermain di wilayah wacana dan pencitraan diri, melainkan mulai ke arah eksekusi atau gagasan.

"Sebenanrya pencitraan itu sah-sah saja, di negara demokratis manapun itu sah. Tapi memang pencitraan SBY ini sudah lebay, bukan lagi jadi alat mencapai tujuan, tetapi sudah jadi tujuan politik itu sendiri. Artinya kalau citranya sudah terusik, baru dia bergerak," jelasnya.

Jika SBY mau keluar dari medan kritik, saat ini juga dia harus keluar dari kebiasaaan yang menomorsatukan pencitraan itu karena sudah tidak ada gunanya.

"Di sisa pemerintahan ini, pencitraan itu tidak dibutuhkan lagi. Kalau dia keluar dari medan pencitraan, hasilkan prestasi besar, justru dia akan dapatkan citra bagus sendirinya," tegasnya.

Dia juga menyindir Partai Demokrat yang selalu menganggap sepele kritik tajam atau kemarahan dari publik. Padahal, menurut Umar, kekecewaan itu sudah merata.

"Demokrat selalu ukur kekecewaan itu dengan hasil pemilihan 2009. Itu tidak ada hubungannya, sekarang opini sudah berubah. Mudahnya, SBY menang besar waktu pemilu itu karena kompetitornya tidak ada yang bagus," ucapnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya