Berita

Aziz Syamsuddin

On The Spot

Sediakan Ambulans Gratis dan Fogging Cuma-cuma

Memotret Kesibukan di Markas Aziz Syamsuddin
SELASA, 13 SEPTEMBER 2011 | 05:52 WIB

RMOL.Empat umbul-umbul berkibar di sebuah kantor di Jalan Petogogan I Nomor 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Relawan Aziz Syamsuddin untuk masa depan yang lebih baik,” demikian tulisan di umbul-umbul.

Kantor berlantai satu itu tak memiliki plang nama. Sebuah Su­zuki APV yang difungsikan se­ba­gai ambulans parkir di de­pannya.

Sebuah spanduk yang dipasang di atap teras sedikit membuka iden­titas kantor ini. Spanduk itu ber­isi ucapan selama melaks­ana­kan Musyawarah Pimpinan (Mus­pim) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Foto Aziz mejeng di situ.

KNPI terbelah dua setelah kongres terakhir. Yakni kubu Aziz Syamsuddin dan Doli Kurnia. Ke­duanya mengklaim sebagai ke­pengurusan yang sah.

Kubu Aziz berkantor di sini. Beberapa waktu lalu, Aziz menggelar syukuran HUT KNPI ke-38 di tempat ini. Memasuki bagian dalam kantor ini, terlihat berjejeran bendera KNPI dan organisasi kepemudaan yang bernaung di bawahnya.

Aziz menjadikan tempat ini sebagai markas timnya untuk maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun depan.

Kantor ini terbagi dua. Sebelah kiri untuk ruang pertemuan. Se­mentara sekretariat dan pengurus di sebelah kanan.

Memasuki pintu masuk di ba­gian kiri, terlihat ruang perte­mu­an yang cukup lapangan. Pu­lu­han kursi disusun rapi meng­hadapi ke meja pembicara. Di belakang meja itu bendera KNPI dan be­be­rapa OKP dipasang berjejer.

Di bagian kanan ruang perte­muan terdapat meja panjang yang dikeliling kursi. Meja ini tam­pak­nya untuk rapat kecil.

Di bagian ujung meja dipasang papan tulisan. Beberapa agenda kegiatan ditulis di situ. Di dinding di samping kiri papan tulis dipa­sang televisi LCD ukuran 24 inch.

Rifki, anggota Relawan Aziz Syamsuddin (RAS) tak me­nyang­kal kalau tempat ini dijadi­kan markas tim Aziz.

“Bapak (Aziz) meminta ke­pada kami untuk dibuatkan pro­gram yang bermanfaat buat ma­syarakat banyak dan tidak ber­me­wah-mewahan,” katanya.

Ia menuturkan upaya mem­perkenalkan figur Aziz sebagai salah satu balon gubernur Jakarta dilakukan sejak beberapa bulan lalu. Caranya lewat aksi sosial seperti ambulans gratis, penga­sa­pan (fogging), dan pemberian bu­ku surat Yassin ke masjid-masjid.

Di sela-sela aksi sosial itu, rela­wan memperkenalkan Aziz kepa­da warga Jakarta. Aksi sosial itu telah dilakukan di delapan RW.

Menurut Rifki, warga yang bu­tuh pengasapan untuk mematikan jentik-jentik nyamuk bisa me­nga­jukan permohonan ke sini. Dalam waktu seminggu, permohonan bakal disetujui.

Relawan akan terjun ke lokasi untuk mempersiapkan aksi itu. Obat untuk pengasapan dipilih yang terbaik. Bekas asap tidak me­nempel ditembok

Pengasapan itu tidak dipungut bayaran. Warga pun tak perlu lagi memberikan “uang lelah” kepada petugas penyemprotan. “Kami telah membayar mereka Rp 500-700 ribu untuk sekali fogging. Jadi masyarakat tak perlu lagi kasih tips,” ujar Rifki.

Dari mana dana untuk aksi ini? Rifki mengungkapkan semuanya dari Aziz. “Bapak hanya menge­luarkan 2,5 persen dari gajinya sebagai anggota DPR  untuk mem­bantu masyarakat.”

Menurut Rifki, Aziz selalu meluangkan waktu hadir dalam aksi itu. “Biasanya Bapak (Aziz) bersedia meluangkan waktu ber­temu warga untuk mendengar ke­luhan warga.”

Ia tak mempersoalkan bila ke­mudian muncul suara miring bahwa aksi sosial ini dianggap sebagai upaya Aziz mendekati warga untuk kepentingan pilgub. “Biarlah masyarakat yang me­ni­lainya sendiri, yang penting kami membantu secara ikhlas dan pam­rih,” katanya.

Berapa dana yang sudah diha­biskan untuk aksi sosial? Rifki tak tahu. “Yang tahu ketua tim,” katanya.

Yang jelas, kata dia, para rela­wan yang berjumlah sembilan tak ada satupun yang dibayar Aziz. “Kami semua bekerja se­cara ikhlas dan tidak mem­bu­tuhkan imbalan apapun. Yang penting bapak bisa dikenal ma­syarakat,” katanya.

Bagi-bagi Nomor HP, Kantor di Senayan Terbuka

Aziz Syamsuddin tampaknya ingin memanfaatkan kemampuan dan posisinya sebagai anggota Komisi Hukum DPR agar lebih dikenal.

Ia rajin menggelar diskusi de­­ngan warga Jakarta. Orang yang diundang tak banyak. Se­kitar 40 orang.

Selama 1,5 jam, Aziz mem­buka kesempatan kepada warga untuk bertanya kepada dirinya me­ngenai masalah hukum yang tengah hangat.

Rifki, anggota Relawan Aziz Syamsuddin (RAS) mengatakan, kegiatan itu sudah dilakukan di delapan kelurahan. Kegiatan se­rupa juga bakal digelar di daerah lainnya.

Seusai diskusi, Aziz Syam­suddin membagi-bagikan kartu nama dan nomor <I>handphone-nya. Warga dipersilakan meng­hubungi bila mendapat perlaku­kan yang tidak menyenangkan ketika ber­urusan dengan aparat hukum.

“Bapak akan merespons lang­sung bila ada keluhan dari ma­syarakat yang didzolimi penegak hukum,” kata Rifki.

Agar bisa lebih akrab dengan warga, Aziz membuka kantornya di DPR. Warga yang ingin ber­tanya mengenai masalah hukum silakan datang.

“Dia selalu me­luangkan waktu kepada ma­sya­ra­kat yang mem­butuhkan,” ucap Rifki.

Banyak yang Berminat, Golkar Lakukan Survei

Hingga kini ada tiga kader Partai Golkar yang berminat ikut pemilihan gubernur (pil­gub) Jakarta tahun depan. Mereka yakni Aziz Syam­suddin, Tantowi Yahya dan Prya Ramadhani.

Saat ini Aziz duduk sebagai wakil ketua Komisi III DPR. Tantowi anggota Komisi I DPR. Sementara Prya duduk di DPRD DKI. Ia juga me­mimpin DPD Golkar Jakarta.

Siapa yang bakal diusung partai beringin? Dewan Pim­pinan Pusat (DPP) Golkar di Anggrek Nelimurni, Slipi, be­lum memutuskan

Menurut Aziz, Golkar mem­berikan kesempatan yang sama kepada kadernya untuk maju dalam pilgub. Tapi siapa yang bakal diusung ditentukan hasil survei.

Ini sesuai dengan anggaran dasar/anggaran rumah tangga partai. Calon yang paling ting­gi pamornya yang bakal diusung.

“Mudah-mudahan akhir tahun ini hasil surveinya su­dah bisa diketahui siapa yang mendapatkan tingkat elekta­bilitas tertinggi,” harap Aziz.

Jebolan Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini tidak me­ngetahui lembaga yang diminta DPP untuk melak­u­kan survei ini. “Itu rahasia par­tai, gar akurasinya benar-be­nar dijaga, sehingga tidak ter­jadi miss dalam melakukan pe­nilaian,” katanya.

Aziz memutuskan maju ke pilgub karena hendak ingin membangun Jakarta. Ia akan mengerahkan pikiran, tenaga dan pengalamannya untuk membuat ibu kota lebih baik. Tindakan ini dianggapnya ibadah.

“Saya memohon ridho dan mengajak elemen masyarakat khususnya di Jakarta untuk mengutamakan budaya lokal, tanpa melupakan budaya lain­nya,” katanya.

Penyandang gelar master hu­kum dari Universitas Pad­ja­jaran Bandung ini me­ng­a­ta­kan keinginannya untuk mengikuti pilgub direstui ke­luar­ga. “Saya sudah minta izin kepada bapak untuk maju jadi calon gubernur. Alham­dulil­lah, keluarga mendukung pe­nuh,” kata Aziz.

Aziz mengklaim memiliki jurus jitu untuk mengatasi per­s­oalan klasik di Jakarta: macet dan banjir. Kemacetan bisa di­atasi dengan menambah ruas ja­lan. Penambahan ini bisa dila­kukan lewat dua cara. Mele­bar­kan badan jalan atau cara hori­zontal. Atas secara vertikal de­ngan membuat angkutan monorel atau kereta bawah tanah.

Untuk masalah banjir bisa diatasi lewat pendekatan huma­nis. Kesadaran warga agar me­mahami budaya kota perlu diting­katkan. Apa itu budaya kota? Aziz mencontohkan, membuat sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan sekitar.

Kepada warga yang masih tinggal di pinggir kali akan dibu­juk untuk pindah ke rusun-rusun yang telah disiapkan.

Aziz pun bakal menggandeng perusahaan agar bersedia menge­luarkan dana corporate social responbility (CSR) untuk pelati­han ketenagakerjaan dan pe­mahaman lingkungan kepada warga itu.

Bila terpilih jadi gubernur, Aziz bertekad menjadi Jakarta sebagai cerminan bangsa Indonesia di mata dunia. Untuk itu, perlu ada percepatan pembangunan yang didukung dengan pemimpin yang tanggap, tepat, dan tegas dalam membuat kebijakan.

Ia juga bakal pemerhatian pela­yanan publik. Perbaikian pe­la­ya­nan diawali dengan reformasi birokrasi dari atas hingga ke ba­wah yang diikuti peningkatan kesejahteraan aparat. Di­ha­rap­kan, pelayanan kepada ma­sya­ra­kat bakal meningkat pula. [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya