Berita

Wanda Hamidah

On The Spot

Wajah Mao Tse Tung Hiasi Markas Tim Wanda Hamidah

Berkunjung ke ‘Dapur’ Balon Gubernur DKI Jakarta
KAMIS, 08 SEPTEMBER 2011 | 02:30 WIB

RMOL. Wanda Hamidah digadang-gadang sebagai salah  satu bakal calon gubernur DKI Jakarta. Bagaimana persiapan perempuan yang kini duduk di Komisi E DPRD DKI menghadapi pemilihan gubernur tahun depan?

Rakyat Merdeka pun menyam­bangi markas timnya.  Sehari-hari Wanda dan timnya ber­kum­pul di bangunan bernomor 27di Jalan Cikatomas I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Suzuki X-Over hitam parkir di bawah pohon di pelataran. Tak jelas siapa pemiliknya.

Bangunan berlantai satu yang dicat putih itu tampak sepi. Tak ter­lihat spanduk dan umbul-um­bul yang mengampanyekan Wan­da sebagai bakal calon orang no­mor satu Jakarta.  Pintunya ter­tutup rapat. Tak terlihat aktivitas di tempat ini.

Suasananya berbanding ter­ba­lik dengan bangunan sebelahnya yang menjadi kantor law firm. Orang keluar masuk. Pela­ta­ran­nya dipenuhi mobil dan sepeda motor yang parkir.

Rakyat Merdeka mencoba me­ngetuk pintu markas tim Wanda. Dari dalam keluar seorang pria, dia mengenalkan diri sebagai Cyril Raoul Hakim. Suami Wanda ini mempersilakan ma­suk. Dengan ramah, ia meminta menunggu sejenak sambil masuk ke dalam.

Situasi di dalam markas ini juga sepi. Hanya ada Dedi Eka­dib­rata. Pria ini adalah Koor­di­na­tor Tim Pemenangan Wanda Hamidah menuju kursi DKI I.

Beberapa lukisan memenuhi bagian dinding kantor ini. Be­be­rapa lukisan berukuran kecil ter­susun rapi di atas meja kecil. Lu­kisan keramik tersebut di an­ta­ranya bergambar tokoh komunis China, Mao Tse Tung.

Karena bangunannya kecil, ruang yang ada dimanfaatkan se­baik mungkin Di ruangan tengah tampak beberapa buah meja staf dan meja berukuran besar sebagai tempat rapat.

Selidik punya selidik sehari-hari bangunan ini merupakan kan­tor Yayasan Azzahra. Yaya­san ini berkonsentrasi di bidang pen­didikan.  Wanda mendirikan ya­yasan ini pada 1998 bersama sua­mi­nya. Yayasan ini mencoba me­nolong anak-anak yang tidak mam­pu agar tetap bisa ber­sekolah dengan mencarikan orangtua asuh.

“Yayasan Azzahra sudah ada sebelum kita menikah. Sudah sekitar 2.000 anak sudah pernah kita sekolahkan. Teman-teman Wanda sesama artis dan teman-teman pengusaha ikut menjadi orangtua asuh di yayasan ini,” terang Cyril.

Selain menjadi kantor Yayasan Azzahra, Cyril dan Wanda menjadi tempat ini sebagai pusat kegiatan sosial mereka. Menurut Cyril yang akrab disapa Chiko, Komunitas Jakarta Bergerak juga digagas di sini.

“Kita punya komunitas yang namanya Jakarta Bergerak. Mereka adalah orang-orang yang mendukung Wanda waktu Pileg 2009. Mereka lintas partai, lintas ormas, lintas gender, lintas pro­fesi, bahkan ada PNS yang ga­bung di dalamnya. Orang-orang ini yang punya keyakinan bahwa Wanda bisa membawa aspirasi mereka,” ujarnya.

Chiko kemudian meminta Rak­yat Merdeka melanjutkan per­bin­cangan dengan Dedi yang juga menjadi Koordinator Komunitas Jakarta Bergerak.  “Nanti kalau saya yang ngomong disebutnya nggak obyektif, karena ngomo­ngin istri sendiri,” ujarnya sem­bari tersenyum.

Dedi mengatakan, dari segi ka­­pasitas dan kapabilitas kem­am­­pu­an Wanda untuk memim­pin Ja­karta tidak diragukan lagi. Dari ba­nyak nama yang ber­mun­culan, me­nurutnya, hanya Fauzi Bowo yang layak bersaing de­ngan Wanda.

“Menurut saya yang bisa head to head dengan Fauzi Bowo. Da­lam artian sama-sama bekerja untuk Jakarta. Nah, kita lihat saja mana kerjanya yang lebih bagus. Pengetahuan tentang APBD, Per­da sebenarnya hanya dua orang ini yang mumpuni. Yang lainnya awam soal Jakarta,” katanya.

Wanda, lanjut Dedi, dianggap lebih mewakili masyarakat Ja­karta dibandingkan calon-calon lainnya. Alasannya, karena Wan­da lahir dan dibesarkan di Jakarta. “Kalau kita berbicara suku atau ras, ibunya Wanda orang Betawi asli. Kalau untuk urusan ke Ja­kar­taannya nggak perlu diragukan alias sudah pas,” ujar Dedi.

Selain itu, Wanda juga pernah tinggal di tiga wilayah dengan karakteristik berbeda di Jakarta. Sehingga, dia menilai, Wanda cukup memahami karakter dan kebutuhan masyarakat Jakarta di masing-masing wilayah tersebut.

“Wanda lahir di Batu Ceper dan mengecap sekolah dasar di sana. Lalu pindah ke Rawa­ma­ngun ketika SMP dan SMU. Ke­mudian, sesudah menikah tinggal di Jakarta Selatan. Dia mengerti betul tentang Jakarta,” ucapnya.

Alasan lainnya mengapa me­re­ka mau mendukung tanpa dibayar sepeserpun lantaran Wanda di­ni­lai jauh dari korupsi selama du­duk di DPRD DKI.  Wanda juga dinilai aktif memperjuangkan kebijakan-kebijakan yang ber­pihak pada masyarakat.

“Dalam beberapa kesempatan Wanda mengambil posisi sendiri di DPRD, seperti di masalah Koja. Dia walk out sendirian. Itu hal-hal yang menurut kita positif dalam memperjuangkan kebe­naran,” tandasnya.

Dia menambahkan, Komunitas Jakarta Bergerak siap mem­beri­kan dukungan dan tenaga me­muluskan jalan Wanda menjadi DKI-1. Namun, lanjutnya, hal itu kembali kepada keputusan Partai Amanat Nasional (PAN), partai yang menjadi tempat Wanda ber­n­aung. siap mendukung sepe­nuh­nya jika Wanda maju untuk me­mimpin Jakarta.

“Wanda selalu mengatakan kepada saya sebagai politisi harus mau lebih berkuasa. Bukan dalam artian negatif. Berkuasa untuk bisa berbuat lebih banyak. Me­nurut dia, idealnya berada dalam posisi eksekutif. Karena banyak yang dia perjuangkan mandek di legislatif,” katanya.


Utak-atik Cari Pasangan

Partai Amanat Nasional (PAN) belum memutuskan siapa calon yang akan dijagokan di Pemilihan Gubernur 2012. Namun Ketua DPP PAN Arya Bima Sugiarto me­ngatakan, nama Wanda Hami­dah masuk dalam bidikan tokoh yang akan diusung.

“Ada kemungkinan Wanda kita gadang-gadang. Kita akan siap­kan tapi entah berpasangannya dengan siapa. Mungkin dengan orang-orang yang namanya sudah mulai muncul,” ujar Bima.

Menurut Bima, nama Wanda Hamidah dinilai cukup populer di Jakarta. Sebab itu, besar ke­mungkinan PAN akan mengu­sungnya sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.

Bila nanti disepakati, PAN ting­gal mencari siapa orang yang akan menjadi pendamping Wan­da di pilgub.  “Saat ini ada bebe­rapa nama yang posisinya cukup bagus yah. Ada Tantowi Yahya, ada Nachrowi Ramli dan Djan Faridz,” ungkapnya.

Menurut  Bima, melihat per­ole­han suara PAN di Jakarta pada Pemilu 2009, tampaknya partai­nya tidak memungkinkan me­ngusung Wanda sendirian. PAN perlu menggandeng calon dari partai lain.

“Partai harus menghitung kemenangan, bila ada kader lain yang kita hitung akan ber­gan­dengan dengan Wanda akan kita dukung sendiri,” ungkapnya.

Beberapa nama pun dibidik. Salah satunya Djan Farid. Namun Bima tidak menyebut opsi lain jika kemudian Djan Farid me­ngi­nginkan posisi DKI-1.


Mikir-mikir Pasang Spanduk

Inilah alasan Wanda Hami­dah tak buru-buru menyebar spanduk gambar dirinya. Me­nurut dia, banyak spanduk tak menjamin bahwa ia akan mem­peroleh kemenangan di pe­mi­lihan gubernur nanti.

Seperti diketahui, beberapa nama bakal calon berlomba-lomba pamer spanduk di ruang publik. Pemasangan paling gen­car dilakukan menjelang Rama­dhan. Para bakal calon tampak tak ingin ketinggalan me­ngu­capkan selamat menjalankan ibadah puasa kepada warga Jakarta.

Wanda tak mempersoalkan kandidat yang gencar mema­sang spanduk di berbagai tem­pat-tempat strategis di ibu kota.

“Spanduk, bendera dengan substansi politis sudah menjadi bagian dari kultur di Indonesia. Bahkan zaman Orba pohon pun dicat warna parpol. Memang gambar kandidat itu mengi­ngat­kan pemilih akan calon. Bisa jadi menguntungkan bagi sese­orang incumbent karena span­duk-spanduknya paling aman dari pencopotan Satpol PP,” ujar Wanda

Namun, Wanda menilai bisa saja dengan banyaknya spanduk malah merugikan yang ber­sang­kutan. Persoalan kema­ce­tan dan banjir di ibu kota yang tak kunjung bisa mengingatkan masyarakat Jakarta ketika melihat baliho atau spanduk incumbent.

“Masyarakat Jakarta rata-rata sangat cerdas dalam menilai kepemimpinan pejabat-p­e­ja­bat­nya. Persoalan kemacetan, ke­semrawutan sistem trans­portasi, ketidaknyamanan, pungli di sekolah-sekolah negeri serta sistem jaminan pelayanan ke­se­hatan masyarakat dialami se­hari-hari oleh semua lapisan masyarakat. Mungkin dengan ada gambar bapak gubernur ba­kal mengingatkan masyarakat siapa yang bertanggung jawab di balik semua ketidak­nyamanan hidup di ibukota ini,” tandasnya.  [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya