RMOL. Jauh sebelum Lebaran, blok oposisi sudah lama mendengungkan kampanye perubahan sistem dan pergantian pemerintah. Kekuatan yang berseberangan dengan pemerintah meramalkan gejolak politik yang dahsyat setelah rakyat merayakan Idul Fitri tahun ini. Kini, prediksi itu kian mendekati kenyataan.
Tokoh oposisi, Adhie Massardi, menyebutkan indikator-indikator akan ada adanya pergolakan massa akibat situasi politik yang tak menentu dan persoalan ketidaksejahteraan yang merata.
"Indikator sederhananya, pemerintah memainkan isu penetapan lebaran demi menggeser suasana masyarakat. Tidak pernah ada pemerintah yang bergeser dari kalender publik dalam penetapan lebaran," ujarnya kepada Rakyat Merdeka Online, Senin (5/9).
Menurut deklarator Gerakan Indonesia Bersih ini, masyarakat yang tadinya menganggap perbedaan lebaran di antara kelompok masyarakat adalah hal biasa, kini memandang ada upaya pengalihan isu oleh pemerintah dari kegagalan menyejahterakan rakyat dan kasus-kasus korupsi di pusat kekuasaan.
"Ibu-ibu rumah tangga yang tadinya apolitis, ketika dapurnya diobrak abrik pemerintah, sekarang jadi marah. Bagaimana tidak, opor ayamnya jadi basi gara-gara lebaran digeser. Padahal, tidak semua rakyat punya kulkas di kampung," kata Adhie.
Indikator lain adalah, penguasa sedang mencoba menekan rekan koalisi agar tetap kompak dengan menggunakan persoalan hukum dan ancaman hukum. hal itu menurutnya tampak jelas dalam kasus korupsi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diarahkan ke Menteri Muhaimin Iskandar yang tak lain ada Ketua Umum PKB.
"Istilahnya politik sandera. Dan ini membuat partai-partai koalisi akan marah karena mereka sebetulnya sudah paham popularitas pemerintah sudah melemah dan mereka tidak akan berani membela kalau rakyat sudah melawan," lanjutnya.
Adhie kemudian melihat di kalangan intelektual atau akademisi sudah ada kesadaran untuk menegakkan kebenaran dengan landasan akademis.
Selain itu, di kalangan agamawan, sistem kini dipandang amat permisif pada tindakan melanggar hukum. Pejabat negara sudah tidak punya malu untuk korupsi dan demoralisasi terjadi menyeluruh di semua lapisan masyarakat.
"Jalan perlawanan mereka dengan cara keagamaan. Dan ini semua sedang berproses secara alamiah, tidak ada yang menggerakkan jadi kekuatan dahsyat," ujarnya yakin.
Dia malah menganalogikan suasana sekarang dengan zaman dimana Eropa bersatu melawan kekaisaran Adolf Hitler dengan Nazi Jerman-nya. Situasi serupa terjadi di Tanah Air ketika rakyat menolak Soeharto melanjutkan kepemimpinan.
"Gerakan-gerakan yang sudah dilakukan mungkin masih dianggap rakyat punya kepentingan politik dan tidak ada unsur yang menyatukan. Sekarang semua elemen merasakan hal yang sama, punya musuh yang sama. Sekarang 100 persen demoralisasi dan kebencian," tandas Adhie.
[ald]