RMOL. Sebuah spanduk berukuran 3x2,5 meter dipampang di atas pagar sebuah rumah di Jalan Gandaria Tengah II Nomor18A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di spanduk itu terpampang foto seseorang yang wajah tak asing. Dialah Faisal Basri.
Ekonom Universitas Indonesia itu pernah menjadi ikut pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2007 lalu. Namun tidak gaÂgal memperoleh tiket partai poÂlitik (parpol). Ia kembali menjajal ikut pilgub tahun depan lewat jalur independen alias tanpa soÂkongan parpol.
Mengenakan kemeja putih dalam fotonya di spanduk, Faisal Basri tersenyum sambil menÂjuÂlurÂkan tangan kanannya. “SekÂreÂtariat Keluarga Besar Pendukung Faisal Basri Batubara untuk Gubernur DKI Jakarta 2012-2017â€. Tulisan di spanduk itu.
Spanduk itu mencoba memÂbeÂriÂtahukan bahwa di sinilah marÂkas para pendukung Faisal. Tak ada yang istimewa dari rumah berlantai dua ini. Di atas gerbang yang sengaja dibiarkan terbuka terdapat sebuah spanduk kecil bertuliskan ‘Pergerakan IndoÂnesia’. Spanduk berwarna merah di atas gerbang juga terlihat di sisi kiri dinding. Hanya saja ukuÂrannya jauh lebih besar.
Di sisi kanan pekarangan ruÂmah yang diberi atap terdapat deÂretan meja dan kursi bambu. KonÂdisinya tampak tertata rapi. SeÂkiÂtar setengah meter dari susunan meja terdapat sebuah pendopo bambu.
Tak jauh dari meja bambu terÂdapat etalase yang berisi toples-toples kopi. Berbagai jenis kopi dipajang di dalamnya. Halaman depan berukuran mungil sehari-hari dijadikan kedai kopi yang diberi nama Kedai Daya Rasa. PeÂlanggannya mulai aktivis samÂpai masyarakat biasa. Harganya tak mahal. Untuk menengak segelas kopi cukup mengeluarkan Rp 5 ribu.
Sebelum menjadi markas tim sukses Faisal, rumah ini meÂruÂpaÂkan sekretariat Pergerakan IndoÂnesia. Organisasi ini didirikan seÂjak 2005. Faisal duduk sebagai ketua Dewan Pertimbangan NaÂsional. Pergerakan Indonesia berÂkantor di sini sejak dua tahun lalu.
Kantor pendukung bekas sekÂjen Partai Amanat Nasional itu terÂamat sederhana. Air minum disajikan dari dispenser tanpa listrik. Di lantai satu ruangan seluas 5 x 5 meter digelar karpet merah sebagai alas duduk.
Beberapa foto dan karikatur Faisal dipajang di tempat ini. Dua
white board dipasang di sisi kiri dinding ruang tamu. Papan tulis itu dipenuhi tulisan. Isinya renÂcana aksi pendukung Faisal .
Di sebuah ruangan terdapat komputer plus printer yang diÂpaÂkai untuk pendataan dan penÂceÂtaÂkan formulir. Komputer itu sumÂbangan seorang simpatisan. Syahdan, pria 63 tahun datang ke kantor itu dan tergerak menyumÂbang. Berbekal uang Rp 4 juta, komÂputer bekas miliknya dibawa ke tempat reparasi komputer unÂtuk di-
upgrade kemampuannya.
Di ruangan sebelahnya diÂjaÂdiÂkan gudang tempat menyimpan broÂsur dan formulir penggaÂlaÂngan dukungan KTP dari maÂsyaÂrakat. Sebuah ruangan lagi diÂjaÂdikan tempat istirahat tim.
Kesederhanaan memang saÂngat tergambar dari rumah ini. Tak terlihat fasilitas mewah. Para pendukung juga bahu membahu bekerja tanpa dibayar. Saat
RakÂyat Merdeka datang tampak seÂseÂorang sedang membersihkan saÂyuran. Dia senang hati meÂnyiapkan santap malam buat rekan-rekannya.
Suasana yang tak jauh berbeda juga terlihat di lantai dua. MeÂnaiki anak tangga, tiga pria seÂdang sibuk bekerja di balik meja berukuran besar. Sebuah laptop diletakkan di hadapan mereka. Di lantai ini terdapat beberapa kamar untuk tempat istirahat. Beberapa anggota tim sering menginap di sekretariat.
Menurut Manajer Tim KamÂpaÂnye, Tatang Jatmiko, pihaknya haÂrus saweran untuk membiayai penggalangan dukungan bagi Faisal. “Bagi yang memberikan duÂkungan secara finansial kita sediakan rekening. Untuk yang memberikan dukungan dalam pengumpulan KTP bisa melalui
website atau mengirim lewat pos. Bagi yang memiliki tenaga dan pikiran silahkan bergabung di markas ini.†Pihak membatasi jumlah sumbangan. Perorangan paling banyak Rp 50 juta.
Perusahaan atau badan hukum dibatasi Rp 350 juta. Sumbangan yang diterima dan pengÂguÂnaannya dilaporkan lewat situs
www.faisal-basri.com. Hingga Selasa (23/8), sumbangan yang diÂterima mencapai Rp 365 juta.
Tim juga berjibaku mengumÂpulÂkan dukungan dari masyaÂrakat. Untuk bisa maju lewat jalur independen, Faisal harus meÂngantongi minimal 400 ribu foÂtokopi KTP. Saat ini baru terÂkumpul 15 ribu.
“Kami targetkan 400 ribu KTP tercapai Desember ini. Kita saÂngat optimis akan tercapai. KaÂreÂna daÂlam posisi kita sekarang, jalur inÂdeÂpenden bukan rival parpol tapi peÂnyeimbang parpol,†kata Tatang.
Lantaran dana minim, tim genÂcar menggalang dukungan lewat dunia maya alias internet. Salah satunya dengan membuat akun
dukung.faisalbasri@yahoo.com dan
faisal.basri@gmail.com.“Sejak saya membuat e-mail duÂkungan bagi Bang Faisal. Dalam dua jam terima 100 e-mail. Kami sudah tidak sanggup menanggapi e-mail dukungan yang masuk,†katanya.
Situs jejaring sosial pun diÂmanfaatkan untuk menggalang duÂkungan. “Situs jejaring sosial sudah terbukti mampu memÂbaÂngun dukungan. Ini terbukti daÂlam kampanye Barack Obama, Presiden AS,†terang pria yang juga menjabat Ketua Bidang OrÂganisasi dan Keanggotaan Dewan Pengurus Nasional (DPN) PerÂgerakan Indonesia.
Jejaring sosial yang digunakan adalah
Facebook dan
Twitter. Ada dua akun di Twitter yakni
@asajkt dan
@faisalbasri. Di
Facebook tim membuka grup Dukung Faisal “Batubara†Basri untuk Gub DKI Jakarta Periode 2012-2017.
Mau Mengubah Wajah Tamak Jakarta
Setelah menyatakan kesiaÂpanÂnya maju sebagai calon GuÂbernur Jakarta periode 2012-2017, Faisal Basri meÂngeÂmuÂkaÂkan persoalan-persoalan Jakarta yang menjadi perhatiannya. Ia menyebut lima agenda yang akan menjadi prioritasnya bila terpilih sebagai Gubernur DKI. “Yang perÂtama adalah keÂmaÂcetan dan sistem transportasi,†katanya.
Menurut dia, ini persoalan klaÂsik dan utama yang dihadapi warga Jakarta selain banjir. “EfekÂnya (kemacetan) sudah ke mana-mana, mulai dari efektiÂvitas hingga sakit jiwa,†kata dia.
Faisal mengkritisi program transportasi yang dianggapnya tak jelas konsepnya. Ia menÂconÂtohÂkan proyek busway yang konÂsep transportasi di negara lain. Konsep ini diadaptasi tanÂpa memperhatikan penataan kota.
Sedangkan proyek Mass Rapid Transport (MRT) dinilaiÂnya bias sasaran. “MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sebenarnya untuk memfasilitasi warga Pondok Indah. HaÂraÂpanÂnya agar orang kaya mulai meÂninggalkan mobil pribadi dan menggunakan MRT ke tempat kerja,†ungkap Faisal. Â
Program kedua adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). “Tidak ada kompromi dengan kebutÂuÂhan ini,†tandas pria yang berÂnama asli Faisal Batubara.
Menurutnya, penerapan RTH saat ini masih sebatas aksi simÂbolik. Data RTH yang disajikan PeÂmerintah DKI juga memaÂsukÂkan pÂeÂkaÂraÂngan hijau di rumah-rumah penÂduduk. SeÂhingga terkesan baÂnyak RTH di ibu kota.
Masalah air bersih dan limÂbah ditempatkan Faisal sebagai prioritas berikutnya. “Tidak ada kota metropolitan di dunia yang tidak memiliki sistem pemÂbuÂangan dan air bersih yang meÂmaÂdai,†tandasnya.
Prioritas keempat efisiensi angÂgaran dan reformasi birokÂrasi. Banyak anggaran yang belum prorakyat. Faisal berÂpenÂdapat perlu perampingan birokÂrasi demi mengefektifkan kiÂnerja sekaligus mengefisienkan anggaran. “Jakarta tidak kekuÂraÂngan anggaran. Hanya saja, potensi yang ada belum tergali deÂngan baik. Sementara itu, anggaran belum tersalurkan secara tepat,†ujarnya.
Prioritas kelima membaÂngun kebersamaan dan berÂbagi deÂngan daerah lain. “JaÂkarta jaÂngan tamak, jangan sekadar memÂbuang limbah ke daerah-daerah tetangga,†kata Faisal.
[rm]