RMOL. Matahari masih bersembunyi di balik awan pagi Jakarta. Udara masih terasa sejuk ketika menginjakkan kaki di Gedung DPR, Senayan kemarin. Suasananya masih tenang dan lengang.
Beberapa staf mulai berÂdaÂtangan. Belum banyak kesibukan karena masih pukul 8. Kesibukan terlihat di teras gedung Nusantara III sampai Nusantara I.
Para pekerja mengepel lantai teras dengan mesin. Mereka bahu membahu membersihkan debu agar lantai dari marmer krem itu kembali kinclong.
Di ruang 613, lantai enam Gedung Nusantara I, seorang pria berperawakan sedang terlihat duduk santai di sofa. Sambil meÂnyandarkan tubuh di sofa, ia asÂyik menikmati tayangan musik di TV. Secangkir teh panas meneÂmaÂninya melewati pagi.
Dia adalah I Wayan Koster, angÂÂgota DPR dari PDIP. Ia tiba leÂbih dulu dibandingkan sekretaÂris maupun para staf ahli.
Beberapa bulan terakhir, naÂmaÂnya menjadi perbincangan. AdaÂlah ocehan Muhammad NaÂzaÂrudÂdin, bekas bendahara Partai DeÂmokrat yang membuat Koster jadi buah bibir.
Saat dalam pelarian NazaÂrudÂdin menyebut Koster ikut meÂneÂrima
fee Rp 10 miliar dari proyek wisÂma Atlet SEA Games di PaÂlemÂbang. Tak hanya itu, Koster yang duduk di Komisi X disebut-sebut sebagai koordinator bagi-bagi duit kepada seluruh anggota Komisi itu.
Nazaruddin ditangkap di CarÂtaÂgena, Kolombia. Ia lalu diterÂbangkan ke Tanah Air. Setiba di JaÂkarta, ia dibawa ke Rutan MarÂkas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok. Lalu digiring ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK akan memeriksa NazaÂrudÂdin dalam berbagai kasus koÂrupsi di beberapa kementerian, terÂÂmasuk kasus wisma atlet. KemÂbali ke Wayan. MengeÂtaÂhui kedataÂngan tamu, ia berhenti nonton. MeÂngenakan safari berÂwarna biru tua, Wayan meÂnyamÂbut hangat kedatangan
Rakyat Merdeka.Senyum tak henti-henti meÂngemÂbang dari bibirnya. Raut muÂkanya tampak cerah dan ceria. Tak terlihat tanda-tanda tegang atau stres atas kembalinya NazaÂrudÂdin ke Tanah Air.
Terlepas dari tuduhan yang diÂlontarkan Nazarudin, sosok WaÂyan terlihat sederhana. Tak ada yang istimewa dari caranya berÂpakaian. Tak terlihat juga cincin permata berukuran besar yang biasa dipakai sebagian anggota Dewan. Dilihat dari
handphone yang diletakkan di meja kerjanya, tak seperti
smartphone yang baÂnyak digunakan anggota DPR. Keduanya model biasa.
Gambaran sederhana juga terlÂihat di ruang kerjanya. Tak terÂlihat fasilitas mewah. Memasuki ruang kerja Wayan, di sisi kiri terÂdapat meja kerjanya. Di atas meja kayu ini tertata rapi beberapa tumÂpuk map dan
file.Di sisi kanan ruang masuk terÂdaÂpat sebuah lemari kayu. MengÂhadap pintu masuk diletakkan satu set sofa busa warna coklat. Di atas meja kecil di depan sofa diletakkan empat toples. Isinya makanan kecil. Di bagian pojok di hadapan meja kerja Wayan, diletakkan perangkat LCD dan televisi 21 inch menghadap sofa.
Di dinding dipasang beberapa bingkai foto Wayan bersama istri dan dua buah hatinya. Juga foto dirinya bersalaman dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarno Putri. Sebuah poster Bung Karno ikut menghiasinya dinding itu.
Menatap dari kaca hitam di dinding ruang kerja Wayan, kita akan melihat bagian selatan DPR. Dari ruangannya kita bisa melihat Pasar Palmerah dan deretan rumah-rumah penduduk yang membentang luas.
Bagaimana Wayan Koster meÂrespons kepulangan Nazarudin ke Indonesia? Apakah hal itu memÂbuatnya khawatir? Pria berdarah Bali ini kemudian bercerita panÂjang lebar. Wayan merasa bahagia meÂngeÂtahui Nazaruddin telah ditangkap. MeÂnurut dia, ini bisa meluruskan berbagai macam isu miring yang menerpa dirinya beÂbeÂrapa bulan terakhir.
“Saya merasa bersyukur Pak NaÂzarudin bisa pulang. Supaya dia bisa menjalani proses hukum di KPK, sekaligus bisa memÂbeÂrikan keterangan terkait tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke sejumlah nama, termasuk nama saya,†ujarnya.
Setelah berada di tangan KPK, menurut Wayan, Nazaruddin tiÂdak akan bisa asal cuap-cuap lagi. Kalaupun dia bicara harus diserÂtai alat bukti. Dari sini, bisa jelas apakah yang dituduhkan benar apa yang dituduhkan kepada Koster dan beberapa orang lainnya.
“Buat saya itu akan sangat baik dan
clear, apakah benar tuduhan yang dilontarkan Nazarudin atau tidak,†katanya.
Jebolan Institut Teknologi BanÂdung ini tak khawatir atas terÂtangkapnya Nazaruddin. “Malah saya bersyukur sekali. Sejak munÂcul pertama kali isu ini diÂmuat
Tempo sekitar awal Mei, saya biasa aja menanggapinya. Saya nggak pernah terganggu seÂjak awal, karena saya tahu persis peta persoalannya dan saya tahu apa yang saya alami. Karena apa yang dikatakan Pak Nazar tidak benar,†tandasnya.
Menurut Wayan, dirinya bisa teÂgar menghadapi tuduhan itu kaÂrena mendapat dukungan dari sang istri, Ni Luh Putu Putri SuasÂtini. Istrinya yang berlatar belaÂkang seniman dan aktivis, sangat paham profesinya sebagai politisi tak lepas dari gosip. “Gosip-gosip seperti itu hal yang biasa. BahÂkan, istri saya selalu memberikan dukungan moril supaya saya teÂnang, sabar, tabah menghadapi siÂtuasi ini,†ujarnya.
Pria yang juga menÂjabat angÂgota BaÂdan Anggaran DPR juga saÂdar, duÂduk di BaÂdan itu renÂtan terhaÂdap gossip. SeÂbab Banggar baÂnyak berurusan dengan berÂbagai pihak mulai dari eksekutif hingga kepala daerah yang ingin memÂbicarakan proÂgram dan angÂgarannya.
“Apa yang digosipkan selama ini kepada saya wajar saja. KaÂrena orang-orang memandangnya dari jauh, mereka tidak mengenal saya secara sesungguhnya di daÂlam pelaksanaan tugas-tugas saya. Jika saya merasa yang diÂtuduhkan tidak benar, saya meÂnganggap angin lalu saja. Biar saja Nazar ngomong begitu yang penting saya tidak melakuÂkanÂnya,†tuturnya.
Jika sang istri bisa memahami kondisinya, pria kelahiran SiÂngaraja, 20 Oktober 1962 kesuliÂtan menjawab pertanyaan-perÂtanyaan dari anaknya mengenai isu fee itu.
Menurut Wayan, anaknya yang sulung duduk di kelas enam SD bertanya kepada ayahnya sering disebut-sebut di televisi oleh NaÂzaruddin. Ia pun sempat bingung menjawabnya. “Saya bilang teÂman Bapak yang namanya NaÂzaruddin lagi senang cuap-cuap di TV, lagi senang ‘bernyanyi’,†jawab Wayan. Tak jelas apakah putri sulungnya mengerti maksud dari cuap-cuap maupun berÂnyaÂnyi itu. Setelah mendengar jawaÂban itu, bocah 10 tahun itu tak perÂnah bertanya lagi.
Wayan menambahkan kehiÂdupannya tetap berjalan normal. “Tidak ada perubahan sedikitpun dalam hidup saya terkait dengan apa yang dituduhkan Nazar. Apa yang saya lakukan sekarang meÂmang seperti yang sudah berjalan selama ini, baik penampilan,
perÂformance, kinerja saya tetap sama,†katanya.
M Nazaruddin Tak Butuh Saya
I Wayan Koster pernah sama-sama Nazaruddin di Badan Anggaran (Banggar) DPR. Tapi ia mengaku tak kenal dekat dengan bekas bendahara umum Partai Demokrat itu.
“Saya kenal beliau sekaÂdarÂnya, karena sama-sama anggota Badan Anggaran. Cuma beliau kan jarang datang rapat,†ujarnya.
Ketika di Banggar DPR, kata Wayan, Nazaruddin tidak perÂnah meminta tolong kepada diÂrinya. Jangankan minta tolong, berbicara panjang lebar saja tiÂdak pernah.
“Kalau ketÂemuÂpun tidak pernah ngomong. Cuma
say heÂllo saja,†katanya.
Karena itu, anggota Komisi X ini kaget mendengar kabar bahÂwa dirinya dan Angelina SonÂdakh disebut-sebut Nazaruddin terlibat memuluskan anggaran proÂyek Wisma Atlet SEA Games.
“Sejak beliau menjadi angÂgota DPR tahun 2009, sama seÂkali tiÂdak pernah berhubungan dengan saya. Makanya saya kaget Nazar bilang saya dan Bu Angelina Sondakh atur-atur anggaran. Terus terlibat meÂnerima
fee dari wisma atlet itu,†ujarnya.
Wayan merasa dirinya hanya anggota DPR biasa. “Saya ini apalah di hadapan Pak Nazar. Saya hanya anggota DPR biasa saja. Sementara beliau kan peÂtinggi partai yang sangat straÂteÂgis jabatannya.
Dia nggak buÂtuh bantuan saya. Tanpa saya pun semuanya pasti selesai dan bisa dicapai beliau,†ujarnya.
Siap Bekerja Sama dengan Busyro CsMuhammad Nazaruddin boleh saja melemparkan tuÂduÂhan apapun kepada I Wayan Koster. Tapi politisi PDIP ini mengatakan dirinya tetap mendapat dukungan di daerah asalnya, Bali.
“Mereka juga memberikan simpati yang besar dan doa, mudah-mudahan apa yang dituÂduhkan Nazaruddin tidak benar dan saya bisa cepat keluar dari permasalahan ini. Kawan-kaÂwan di Bali betul-betul memÂberikan
support yang sangat besar,†ujarnya.
Selain mendapat dukungan masyarakat, Wayan mengaku, mendapat dukungan moril dari kader PDIP baik di pusat mauÂpun di daerah. Juga dari kalaÂngan non parpol.
“Yang utama, doa dari istri saya yang tidak pernah berÂhenÂti. Dia mendoakan saya supaya kuat menghadapi masalah ini dan segera cepat selesai,†tuturnya.
Wayan siap jika sewaktu-waktu dipanggil Komisi PemÂbeÂrantasan Korupsi (KPK) seÂbagai saksi. Jika saat itu tiba, dia akan menjawab setiap perÂtanyaan penyidik sebaik-baiknya.
“Saya siap datang untuk memÂÂberikan keterangan meÂngeÂnai tuduhan-tuduhan Pak Nazar. Saya pasti akan datang, saya sangat siap bekerja sama. Saya akan menceritakan apa yang saya tahu dan apa yang saya alami,†katanya.
[rm]