RMOL. Andriyanto duduk termenung di meja resepsionis di Sekretariat Nasional Demokrat (Nasdem) yang berada di Jalan RP Soeroso Gondangdia Lama, Jakarta Pusat, Kamis siang (11/8).
Tidak berapa lama, pria berÂbadan tegap ini berdiri dan meÂlangkah menuju kursi di ruang lobby untuk mengusir jenuh. Tak banyak yang dikerjakan petugas keamanan itu.
Suasana sekretariat Nasdem tampak sepi. Menurut AndriÂyanÂto, para pengurus ormas tak ada yang nongol pada tengah hari. “Biasanya, pengurus datang sore hari menjelang berbuka.â€
Kemarin merupakan hari terÂakhir bagi kader Golkar yang berÂgabung di Nasdem untuk meÂnenÂtukan pilihan: mundur dari ormas yang didirikan Surya Paloh itu atau dipecat dari partai beringin.
Lewat surat edaran nomor SE-2/Golkar/VII/2011, Dewan PimÂpinan Pusat (DPP) Partai Golkar mengultimatum kader Golkar untuk keluar dari Nasdem. Paling lambat 11 Agustus 2011.
Berdasarkan situs www.nasioÂnalÂÂdemokrat.org, situs resmi Nasdem, ada beberapa anggota FrakÂsi Partai Golkar DPR yang duduk di kepengurusan ormas itu.
Mereka yakni Enggartiasto Lukita dan Jeffrie Geovanie, SaÂyed Fuad Zakaria, Meutya Hafid dan Edison Betaubun.
Sebenarnya pendiri sekaligus Ketua Umum Nasdem Surya Paloh maupun Sekjen Syamsul Muarif merupakan orang Golkar. Begitu pula Ferry Mursidan Baldan, Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Nasdem.
Sejak keluarnya ultimatum itu, kader Golkar yang duduk di keÂpengurusan Nasdem jarang noÂngol di sekretariat. “Meutya HaÂfid dan Jeffrie Geovanie malah tiÂdak pernah ke sini sejak awal puaÂsa lalu,†ungÂkap Andriyanto. Bagaimana dengan Syamsul Muarif? Andriyanto menginforÂmaÂsikan bekas ketua OKK Partai Golkar itu sudah hampir sebulan tak pernah nongol. Kabarnya, dia sakit dan sedang menjalani peÂngobatan di Singapura.
Hanya Surya Paloh yang masih rajin datang ke sekretariat. SekÂretariat Nasdem menempati geÂdung enam lantai di Gondangdia, Jakarta Pusat. Gerbang masuk terletak di sebelah kiri. Gerbang selebar tiga meter dibuka.
Halaman parkirnya cukup luas dan dilapisi aspal. Tujuh mobil parkir berjejer di situ. Salah satuÂnya, Toyota Alphard Vellfire hiÂtam. Tapi, menurut Andriyanto, mobil itu bukan milik pengurus Nasdem. Melainkan kendaraan milik pimpinan perusahaan yang berkantor di sebelah kiri SekÂretariat Nasdem.
Mendekati gedung sekretariat terÂÂÂlihat tulisan “Prioritas†di dinÂÂding bagian depan. Prioritas meÂÂrupakan surat kabar milik Surya Paloh yang dibreidel pada 1988. Dulu redaksi koran itu berÂkantor di sini. Di bagian atas gedung dipaÂsang logo Nasden berukuran 3x2 meter berwarna biru gelap lengÂkap dengan tulisan “Nasional Demokratâ€.
Beberapa kader Golkar yang duÂduk di Nasdem terkesan “tiaÂrap†setelah keluarnya ultimatum dari DPP itu.
Rakyat Merdeka sempat berkunjung ke ruang kerja Jeffrie Geovanie di ruang 24 lantai 14 Gedung Nusantara I DPR, Senayan.
Ruangannya terletak di pojok di balik lorong masuk dari lift. Pintu ruang dari kaca buram terÂtuÂtup rapat. Di depan pintu ditemÂpel papan kecil dari kayu berÂtuÂliskan “Jeffrie Geovanieâ€. Di baÂwahnya dipasang nomor ruang 1424. Dari pintu kaca itu bisa terÂlihat ruangan kerjanya gelap.
Saat ini, DPR memang sedang reses. Tapi, menurut seorang peÂtuÂgas jaga, Jeffrie jarang terlihat berada di ruangannya. “Paling kalau ada rapat penting di DPR seperti paripurna saja dia datang.â€
Begitu pula dengan ruang kerja Meutya Hafid yang menempati ruang nomor 7 di lantai yang sama. Walaupun pintunya terÂtuÂtup rapat, lampu ruangan diÂbiaÂrÂkan menyala.
Tak ada orang di ruangan itu. PinÂtu diketuk, tapi ada yang meÂnyahut maupun membukakan pinÂtu. Meutya mematuhi ultimaÂtum DPP. Ia memutuskan berÂtaÂhan di Golkar. ““Adanya aturan inÂternal partai, ya saya ikuti. Sebenarnya tak perlu dibuat reÂpot. Saya menunggu arahan lebih lanjut dari Partai Golkar melalui Ketua FPG DPR,†katanya keÂpada
Rakyat Merdeka. “Saya adalah anggota FPG DPR RI. Dengan demikian, saÂngatlah tak mungkin jika saya menjadi anggota parpol lain. Saya paham aturan undang-undang terkait itu,†sambung bekas wartawati ini.
Meutya menilai, polemik soal keÂterlibatan kader Golkar di orÂmas Nasdem hanyalah perbedaan pandangan saja. Menurut dia, lebih baik diselesaikan secara internal.
“Golkar kan partai yang sudah saÂngat matang berpolitik, tak perlu ramai-ramai berpolemik di media. Selama ini diskusi saya sangat baik kok dengan kawan-kawan di Partai Golkar,†kata dia.
Stop Politik Cari Selamat
Batas waktu bagi kader Golkar yang juga aktif di Nasdem untuk menentukan pilihannya telah habis. Sekjen Partai Golkar meÂngungkapkan, seluruh anggota Fraksi Partai Golkar DPR meÂmilih mundur dari ormas yang diÂpimpin Surya Paloh itu.
Idrus mendapat informasi itu dari Ketua Fraksi Partai Golkar DPR, Setya Novanto. “Makanya kami kasih penghargaan dan berÂharap mereka konsisten,†kata dia.
Bagaimana dengan kader GolÂkar di daerah? Idrus mengatakan pimpinan DPD dan ketua Fraksi Golkar di DPRD harus menyamÂpaikan laporan ke DPP.
Dari laporan ini bisa diketahui siapa saja yang mundur maupun tidak. “Bagi yang mundur (dari Nasdem), kami kasih pengÂharÂgaan,
award. Bagi yang tidak kita kasih teguran. Siapapun itu,†tegas Idrus.
Surat teguran itu akan dikirim kepada yang bersangkutan mulai Jumat (12/8). “Ini teguran ke perÂorangan. Ada peringatan satu, dua hingga tiga. Kalau tidak memÂperÂbaiki baru dilakukan pemecatan,†kata Idrus.
Sikap tegas ini diambil, meÂnuÂrut Idrus, untuk menegakkan diÂsiplin di Partai Golkar. “Perlu ada keÂdisiplinan anggota sehingga meÂlestarikan tradisi politik ideoÂlogi. Tidak lagi berpolitik hanya cari aman, hanya karena perÂtimÂbangan pragmatis. Kami ingin membangun sikap politik yang
gentlemen, yang jujur,†katanya.
Dalam pandangannya, selama ini kehidupan politik di Indonesia tidak maju-maju karena sikap praÂgmatis. Untuk itu, Golkar akan menertibkan kadernya yang main dua kaki di ormas Nasdem maupun Partai Nasional DemokÂrat. Idrus tak khawatir langÂkahÂnya untuk menegakkan disiplin partai ini bakal digugat.
“Kami tidak ada masalah. Dasarnya, kan AD/ART partai. Golkar menuntut ada sikap-sikap yang jujur dalam berpolitik, tidak hanya cari selamat.â€
“Jangan Paksa Saya Keluarâ€Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Nasional DeÂmokÂrat (Nasdem), Ferry Mursyidan BalÂdan, mempertanyakan alaÂsan ParÂtai Golkar menguÂltÂimÂaÂtum kaÂdernya agar keluar dari Nasdem.
Ferry menilai Partai Golkar keÂÂliru dan berlebihan jika meÂnakar keberadaan ormas dengan sebuah parpol. “Jangan sampai caÂra berÂpikir yang keliru menÂjaÂdi dasar kebijakan,†kata Ferry, bekas anggota DPR dari GolÂkar itu memutuskan tetap berÂtaÂhan menjadi anggota orÂmas NasÂdem. Karena menuÂrutÂnya keangÂgotaan partai dan orÂmas sudah diatur dengan unÂdang-undang yang berbeda.
“Sepanjang sebagai sebuah ormas, sesungguhnya tidaklah ada hal yang harus dilarang jika kader Partai Golkar aktif di orÂmas, termasuk ormas Nasional DeÂmokrat,†kata Ferry.
Ia menjelaskan keanggotaan orÂmas dan keanggotaan partai diÂÂatur oleh undang-undang yang berbeda. “Bahkan sampai saat ini pun tidak pernah ada keÂtenÂtuan yang melarang rangkap keÂangÂgoÂtaan antara ormas dan parpol. KeÂrancuan ini berpÂoÂtenÂsi untuk memundurkan pemaÂhaÂman kita semua tentang atuÂran main dalam Negara kita,†kata Ferry.
Ia merasa heran kenapa DPP GOlkar melarang kadernya akÂtif di ormas. Kenapa larangan itu baru keluar sekarang paÂdaÂhal NasÂdem berdiri sejak FebÂruari 2010.
“Mengapa tidak dikeluarkan pengaturan yang lebih universal dan menyeluruh, misalnya sejak awal sudah disebutkan imbauan untuk tidak aktif di ormas terÂtentu, sehingga tidak terlihat bersifat spesifik dan subyektif,†ujarnya.
Jika ultimatum itu didasari praÂduga yang mengidentikkan orÂmas Nasional Demokrat deÂngan seÂbuah partai baru, meÂnurut Ferry, itu juga keliru dan berlebihan.
“Dalam hal ini setidaknya DPP Partai Golkar harus bisa memÂbukÂtikan bahwa kader-kaÂdernya di ormas Nasional DeÂmokrat sama dengan dan berÂarti pindah ke parpol lain. HenÂdaknya diÂhinÂdari jika sekadar berdasar praÂsangÂka semata,†katanya.
Partai Nasdem belumlah diÂanggap sebuah badan hukum kaÂrena masih dalam prosess veriÂfikasi. Penetapannya pada 7 OkÂtober nanti.
“Sebagai kader kami berhaÂrap, bahwa Surat DPP Partai GolÂkar tidak dibuat berdasar praÂÂsangka dan sesuatu yang iÂluÂtif yang jauh dari fakta,†kata Ferry.
Ia kembali menegaskan, tidak akan mengundurkan diri dari keÂanggotaan Partai Golkar. KeÂterÂliÂbatannya di ormas Nasdem tiÂdak melunturkan kecintaan keÂpada partai beringin. “Tidak ada hal yang bisa meÂmakÂsa seseÂorang untuk masuk atau keluar dari keanggotaan parÂpol, keÂcuali dirinya sendiri.â€
[rm]