Berita

Raja Spam Amerika Terancam Kurungan 13 Tahun

SABTU, 06 AGUSTUS 2011 | 21:50 WIB | LAPORAN:

RMOL. 'Raja Spam' asal Amerika Serikat, Sanford Wallace akhirnya menyerahkan diri kepada pihak berwenang AS di Washington, Kamis (4/8). Wallace merupakan terdakwa No. 11-cr-456 di pengadilan distrik AS menyerah setelah ia didakwa mendalangi skema yang mengirim lebih dari 27 juta pesan sampah sembarangan melalui server Facebook dan MySpace. 500.000 pengguna Facebook antara November 2008 dan Maret 2009 telah menjadi korban spam-nya.

Pria asal Las Vegas ini (43), menyerah kepada agen FBI atas 11 tuduhan, yakni penipuan, membuat kerusakan yang disengaja ke komputer yang dilindungi, dan penghinan kriminal karena melanggar perintah sebelumnya. Pada  2009 lalu Sanford Wallace diperintahkan untuk menjauhi situs-situs jaringan sosial Facebook dan MySpace. Namun, tahun ini ia justru berkali-kali melanggar perintah pengadilan setempat.

Demikian pernyataan jaksa federal di San Jose, California, seperti dilansir Chinadaily (6/8).


Wallace telah mengembangkan program yang menghindari filter spam Facebook. Selanjutnya, pesan yang diposting akan mendorong pemegang rekening mengunjungi sebuah website. Sebaliknya, pengguna tidak curiga ketika diminta untuk memasukkan alamat email dan password. Dari sanalah, Wallace kemudian memperoleh pendapatan substansialnya. Tidak hanya meraup informasi mereka, Wallace juga mendapatkan daftar teman-teman mereka. Untuk selanjutnya, ia mengirim pesan spam kepada teman-teman pengguna tersebut.

Tampil pertama kali di pengadilan federal San Jose, Wallace mengeluarkan jaminan obligasi sebesar 100 ribu dolar AS, meskipun mengaku tidak bersalah. Wallace kini diancam tiga tahun penjara atas tuduhan 6 pasal penipuan. Kemudian, tiga tuntutan pasal kerusakan terhadap komputer yang dilindungi dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara. Serta dua jumlah pasal penghinaan terhadap hukum dengan hukuman akan diputuskan pengadilan.

Dalam gugatan perdata, hakim memberikan perusahaan Facebook sekitar 711 juta dolar AS. Meskipun, perusahaan mengatakan pihaknya tidak mengharapkan menerima jumlah sebanyak itu.

"Kami akan terus mengejar dan mendukung konsekuensi perdata dan pidana bagi para spammer, dan orang lain yang mencoba menyakiti Facebook atau orang-orang yang menggunakan layanan kami," tegas Chris Sonderby, pengacara perusahaan seperti dilansir China Daily (Sabtu, 6/8). [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya