RMOL. Dibandingkan dengan para pendahulunya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus diakui lebih baik dalam menjaga kemerdekaan pers. Tapi, SBY punya kelemahan yang fatal. Dia terlalu sering apriori terhadap pers.
"Yang sering terjadi adalah SBY menunjukkan apriori seolah semua pers salah ketika ada satu masalah yang disebabkan kesalahan pers," kata Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Dewan Pers, Agus Sudibyo, di tengah diskusi Polemik yang digelar Trijaya Network di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/8).
Dia yakin sekali bahwa masih ada media massa yang melanggar kode etik pers dan penguasa berhak untuk menegur. Tapi harus ditelisik lagi, media manakah yang melakukan pelanggaran tersebut. Tidak boleh penguasa langsung menggeneralisir bahwa semua media massa melakukan kesalahan yang sama.
"Kan ada juga media yang tidak memelintir pernyataan. SBY harus spesifik (saat mengertitik pers) agar kita masuk ke dalam verifikasi. Ibaratnya pers sakit mata tapi diberi panadol, jadi kritknya selalu tidak pas. Dia memang lebih mending dari para pendahulunya belum pernah bredel pers. Tapi dia tak pernah samai para pendahulunya dalam hal apriori dan menggeneralisir," ucapnya.
Kelemahan kedua SBY adalah dia dikelilingi para pembantu yang sering menimbulkan kontroversi. Dia menyebut orang-orang itu sebagai para "penabuh gendang" yang suka kontrovesi seperti Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie dan Ketua DPP Demokrat Ruhut Sitompul.
"Pernyataan penabuh gendang itu dalam komunikasi politik merugikan SBY sendiri," jelasnya.
[ald]