RMOL.Sorot mata Naomi tertuju ke kertas A4 yang ditempel di samping kiri pintu masuk Cinema XXI Pondok Indah Mall (PIM) 1, Rabu siang (27/7).
Kertas itu berisi pembeÂriÂtaÂhuan bahwa tiket pertunjukkan film Harry Porter and The DeatÂhÂly Hallows Part 2 yang akan diÂtayangkan pada Jumat, Sabtu dan Minggu sudah dapat dibeli mulai Rabu di loket maupun M-Tik.
Selesai baca pengumuman, tanÂpa pikir panjang siswa salah satu SMA di Pejaten, Jakarta SeÂlatan ini menuju loket penjualan tiket. Tidak berapa lama, Naomi suÂdah mengantongi tiket film HarÂry Potter dengan jadwal taÂyang hari Jumat pukul 12.45 di Studio 1. “Saya senang karena suÂdah bisa nonton film Harry Potter lagi,†kata remaja berkacamata ini.
Naomi sengaja membeli tiket siang hari karena sepi. “Tadi pagi saya sudah ke sini, tapi karena antrenya panjang sekali akhirnya saya pulang.â€
Ia mengaku kembali datang ke bioskop karena ingin menonton film yang dibintangi Daniel Radcliffe. “Kalau nggak ada film (Harry Potter) ini saya males perÂgi ke bioskop.â€
Sudah dua bulan gadis yang mengenakan kaos panjang abu-abu dipadu dengan celana jeans ini tak nonton di layar lebar seÂtelah peredaran film-film HollyÂwood dibatasi. Sebelumnya, NaoÂmi saban minggu datang ke biosÂkop.
Mulai hari Jumat (29/7) film-film Hollywood teranyar kembali diputar di bioskop. Diawali deÂngan pemutaran film Harry Potter.
Sejak Februari lalu, Asosiasi Produsen Film Amerika Serikat (MPAA) membatasi peredaran film Hollywood di Indonesia.
Langkah ini dilakukan seiring terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-03/PJ/2011 tenÂtang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Royalti serta PerÂlakuan Pajak Pertambahan NiÂlai atas Pemasukan Film Impor.
Salah satu bioskop yang akan menayangkan perdana film Harry Potter adalah Cinema XXI PIM 1. Letaknya di lantai dua pusat perÂbelanjan yang berada di kaÂwasan perumahan elite di selatan Jakarta itu.
Dinding bagian bioskop itu dari kaca dengan pintu di tengah-teÂngahnya. Masuk ke dalam terÂdaÂpat sebuah meja yang ditungÂgui petugas keamanan. Setiap peÂngunjung akan diperiksa dengan metal detector.
Loket penjualan tiket berada di seÂbelah kanan setelah lorong maÂsuk. Tiga penjaga loket berada di balik meja perut orang dewasa.
Di dinding di belakang meja penjualan tiket dipasang tiga laÂyar monitor. Layar itu ditamÂpilÂkan film-film yang diputar. Di Studio 1diputar film Larry CrowÂne dua dimensi. Studionya beriÂkut Film Catatan Si Boy.
Film Blitz dua dimensi diputar di Studio 3. Studio 4 memutar film Beaver. Film Something BorÂÂrowed dan The Residen diputar di Studio 5 dan 6.
Untuk membatasi antrean pemÂbeli tiket dipasang tiang-tiang pendek dari baja putih. Tak terÂlihat antrean calon penonton. MakÂlum saat itu masih jam dan hari kerja.
Kantin yang menyediakan minuman dan makanan kecil seÂperti pop corn terletak di sebelah kiri loket. Kursi panjang nan emÂpuk disediakan di pinggir-pinggir lobby bioskop sebagai tempat tunggu sebelum masuk ke studio.
Hampir di seluruh dinding lobÂby dipenuhi poster film-film yang tengah maupun segera tayang. Misalnya, Harry Potter dan Transformers. Juga terselip poster film Catatan Si Boy.
Studio 1 dan 2 terletak di baÂgian kanan lobby. Kedua studio menayangkan film lokal. Studi 3 sampai 6 yang memutar film-film asing terletak di bagian kiri.
Fuadi Amri, petugas keaÂmanÂan Cinema XXI PIM1 menÂjelaskan, tiket film Harry Potter sudah bisa dibeli sejak Rabu hingga Kamis (28/7).
Film itu akan ditayangkan JumÂat hingga Minggu mulai puÂkul 12.45 WIB di Studio 1 samÂpai 4. Sementara Studio 5 dan 6 memutar film Indonesia.
Fuadi menjelaskan, harga tiket film itu berbeda-beda tergantung waktu tayang. Untuk Jumat seÂharÂga Rp 40 ribu. Harganya naik jadi Rp 55 ribu pada akhir pekan.
Harga tiket ini lebih mahal dibandingkan film lain. Tiket film lain hanya Rp 25 ribu pada hari biasa dan Rp 50 ribu pada Sabtu-Minggu.
Fuadi hanya mengira-kira harÂga tiket film Harry Potter lebih mahal karena termasuk box office.
Tapi dia merasakan penurunan penonton di bioskop ini sejak film-film Hollywood distop. BiaÂsanya masa akhir pekan, jumlah meÂnonton lebih dari seribu orang per hari. Kini hanya sekitar 600 orang.
Diputar Serentak, Siapkan 99 Copy
Ketua Umum Gabungan PeÂngusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafrudin mengatakan film Harry Potter dipastikan taÂyang di Indonesia per 29 Juli 2011. Setelah itu film TransÂforÂmers.
Namun dia belum bisa meÂmasÂtikan kapan film TransÂformers bakal diputar. Ini (Harry Potter) saja dulu, biar ada jedanya,†kata dia.
Menurut Djonny, pihaknya mencoba mengakomodir keÂberadaan film-film nasional. ApaÂlagi, selama bulan RaÂmaÂdhan dan Hari Raya Lebaran, ada enam judul film nasional yang akan ditayangkan. “Salah satunya film Tendangan dari Langit.â€
Djonny menambahkan, film Harry Potter yang berkisah tenÂtang penyihir dari sekolah Hogwarts itu alan diputar seÂrentak 29 Juli mendatang di seÂluruh Indonesia. “Ada sekitar 99 copy di seluruh Indonesia. SeÂmuanya, di Cinema 21 dan Blitz,†ujarnya.
Djonny menambahkan, suÂrat lulus sensor atas Harry PotÂter keluar pada 22 Juli 2011.
Bea Baru Film Asing 1 Menit Rp 22 Ribu
Kementerian Keuangan telah menandatangani revisi Peraturan Menteri Keuangan mengenai bea masuk impor film. Dalam peraturan baru ini pajak atas royalti yang sifatnya persentase diubah menjadi bea masuk spesifik.
“Tarifnya di kisaran Rp 21.000 sampai Rp 22.000 per meÂnit per-copy,†kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo.
Agus menjelaskan, sejak 1996 bea masuk film didaÂsarÂkan pada perhitungan royalti. NaÂmun, hasil audit yang dilaÂkukan Kemenkeu menunjukkan sistem pengenaan pajak melalui mekanisme ini tidak berjalan sempurna.
Di samping itu, sistem ini memÂbutuhkan waktu lama unÂtuk proses perhitungannya. BeÂlum lagi, proses perhitungan tak sederhana.
Hasil dari audit terhadap sisÂtem terdahulu, keluar rekoÂmenÂdasi untuk memperbaiki puÂngutÂan ini. Apalagi, Kemenkeu menÂdapati tiga importir tak meÂnerapkan sistem royalti ini dengan baik.
Diputuskan untuk sistem puÂngutan yang selama ini mengÂguÂnakan <I>ad valorem menjadi spesifik.
“Spesifik itu adalah nilai spesifik dikalikan lamanya durasi film tersebut dikali jumÂlah copy. Di Indonesia, satu juÂdul film biasanya yang dimaÂsukÂkan 20-40 copy. Jadi, itu nanti dikalikan,†katanya.
Kebijakan ini, menurut Agus, memang berbeda dengan yang diterapkan Thailand. Di negara Gajah Putih itu importir menÂdatangkan satu master copy, lalu digandakan sendiri sesuai kebutuhan.
Layak Tayang, Tak Ada Adegan Yang Digunting
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Muchlis Paeni mengaÂtakan, dua film Hollywood terÂbaru siap tayang di Indonesia. “SuÂdah lulus sensor 22 Juli lalu. Prosesnya cepat, dan tidak meÂmakan waktu lama.â€
Kedua film itu adalah Harry Potter And The Deathly HalÂlows: Part II dan Transformer 3: Dark of The Moon.
Menurut Muchlis, proses senÂsor terhadap kedua film berÂlangsung cepat karena seluruh adeÂgan di film itu layak ditaÂyangkan. “Bagus kok, nggak ada yang dipotong. Mungkin karena segmentasi film untuk anak dan remaja.â€
Saat ditanya apa film HollyÂwood selanjutnya yang bakal tayang di Indonesia, Muchlis tak berani memastikan. Kata dia, LSF baru melakukan sensor terhadap kedua film itu. “Saya belum tahu pasti. Saat ini saya cuma handle satu film secara langsung, Harry Potter. Kalau Transformer bukan saya.â€
Saat ditanya kualitas kedua film itu, menurut dia, jauh di atas film-film lainnya. “MaÂkaÂnya banyak masyarakat yang mengÂinginkan.†[rm]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15