Berita

nazaruddin-anas/ist

Anas Salah Pilih, Notorious Kok Jadi Bendahara

SABTU, 23 JULI 2011 | 13:09 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Faksi-faksi di tubuh Demokrat tidak hilang bahkan setelah satu tahun paska Kongres II di Bandung. Sepertinya masih ada pihak-pihak di internal yang tidak suka atas kemenangan Anas Urbaningrum. Bukan tak mungkin, gempa politik yang menimpa mantan komisioner Komisi Pemilihan Umum itu akibat kesalahan sendiri.

Analis politik dari LSI, Burhanuddin Muhtadi dalam diskusi Trijaya Network di restoran Bakmi Grand Kelinci, Sentul, Jawa Barat, Sabtu (23/7), mengatakan, ada dua isu penting menyangkut kursi panas yang diduduki Anas sekarang. Pertama, jabatan Ketua Umum Demokrat adalah bukan sembarang posisi karena dengan itu Anas menjadi orang yang berada di tingkat elit partai pemenang pemilu.

Kedua, menjadi Ketua Umum Demokrat adalah tiket untuk kepentingan kekuasaan di 2014. Pada saat itu SBY punya kendala konstitusi untuk maju kembali sebagai calon presiden. SBY dalam beberapa kesempatan juga berjanji tidak akan mengizinkan anggota keluarganya meneruskan tampuk kepemimpinan nasional.


"Demokrat yang tidak punya putra atau putri mahkota jadi menarik kemungkinan pihak di luar Demokrat untuk masuk. Inilah api dalam sekam. Jadi tiap ada isu yang hantam Demokrat itu dapat dipastikan mendeligitimasi Anas. Anas harusnya sadar itu, kursi sangat panas karena itu dia harus hati-hati tutup semua pintu lawan politik untuk menghantam," urainya.

Sayangnya, pintu pertama yang sudah terbuka itu adalah koleganya sendiri, mantan Bendahara Umum Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

"Dia salah pilih Nazaruddin karena dia (Nazaruddin) terkenal notorious (terkenal karena kejahatannya) sebelum jadi bendahara umum Demokrat dan dia sebelumnya juga di PPP," sebut pengamat bersapaan Mr. Han ini.

Selain itu, dia juga menyebut nama mantan Komisioner KPK, Andi Nurpati yang kini menjabat di kabinet inti Anas.

"Sorry to say, itu (Nurpati) the most controversial komisoner, tapi masuk juga," sesalnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya