RMOL. Presiden SBY menginstruksikan perlunya penghematan energi. Kantor-kantor pemerintah diminta menjadi pelopor dengan menghemat penggunaan listrik.
Tapi pemantauan Rakyat MerÂdeka di dua instansi pemerintah menunjukkan sebaliknya. LamÂpu-lampu menyala pada siang hari. Berikut liputannya.
Dua lampu
downlight di teras kanopi gedung utama gedung utama Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jalan M Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, meÂnyala terang. Padahal, siang keÂmaÂrin matahari bersinar terang.
Memasuki lobi gedung utaÂma kementerian yang dipimpin Mari Elka Pangestu itu, kita akan dapati pemandangan yang sama. Semua lampu menyala terang.
Persis di depan meja resepÂsioÂnis terdapat dua tiang besar. Di sisi tiang itu dipasang lampu dinÂding. Sinar temaram keluar dari bohÂlam pijar lampu hiasan itu. BohÂlam pijar diketahui boros listrik.
Dinding lobi gedung itu diÂpasangi kaca. Tapi, di balik kaca dipasangi tirai. Akibatnya, sinar mentari terhalang dan tidak bisa menerangi ruangan itu.
Menginjak kaki di lobi langÂsung terasa udara sejuk yang diÂhembuskan dari mesin pendingin ruangan (
air conditioner/AC). Tak diketahui setelan temÂpeÂraÂturnya. Tapi, rasa gerah akibat terÂkena terik matahari langsung sirna begitu masuk lobi.
Berjalan ke arah selatan lobi terlihat deretan enam lift. SeÂmuaÂnya menyala dan siap meÂngÂhaÂnÂtar ke atas. Lift juga dilengkapi AC sehingga orang di dalamnya tak kegerahan.
Rakyat Merdeka lalu naik ke lantai dua. Di lantai ini terdapat ruangan Biro Hubungan MasyaÂrakat (Humas). Keluar dari lift disambut lobi yang tak terlalu besar. Penerangan ruangan itu berÂasal dari lampu downlight yang dipasang di langit-langit.
Memasuki kantor Humas yang cukup besar, tampak semua lamÂpu menyala. Beberapa komputer dibiarkan menyala walaupun tak sedang digunakan.
Pemandangan serupa juga terÂlihat di kantor Kementerian DaÂlam Negeri. Beberapa lampu di luar Gedung Sasana Bhakti Praja dibiarkan menyala pada siang hari. Begitu juga semua lampu di ruangan lobi gedung utama.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan, selama ini pihaknya sudah berÂupaya menghemat penggunaan listrik.
Pernyataan itu diamini Kepala Sub Bagian Biro Umum, KoesÂnaÂdi. Menurut dia, upaya pengÂheÂmatan listrik tak berarti meÂmatikan semua lampu pada siang hari. Tapi bagaimana listrik diÂgunakan seefektif dan seefisien mungkin untuk kelancaran kerja.
Ia menjelaskan, lampu peneÂraÂngan dan pendingin ruangan tak diÂnyalakan sepanjang hari. Tapi pada jam-jam kerja saja, mulai pukul 07.30 sampai 16.30 WIB. “Pada malam hari seluruh AC dan lampu di dalam gedung diÂmaÂtikan. Tinggal lampu peneÂrangan utama saja yang nyaÂla,†katanya.
Berapa besar tagihan listrik yang harus dibayar kementerian? Koesnadi mengungkapkan, tagiÂhan listrik bulan terakhir menÂcapai Rp 511 juta. Itu tagihan unÂtuk penggunaan listrik di empat gedung, yakni gedung utama, gedung 1, 2 dan gedung di Jalan KraÂmat Raya, Jakarta Pusat.
Besarnya jumlah listrik tagiÂhan, menurut dia, lantaran setiap bulan kementerian mendaÂtangÂkan peralatan baru seperti komÂputer dan mesin fotokopi. PeÂrangÂkat itu butuh listrik untuk menyalakannya.
Bagaimana dengan KemenÂteÂrian Dalam Negeri? Kepala Pusat PeÂnerangan Raydonnyzar MoeÂnek mengatakan kementeriannya juga berupaya menghemat pengÂgunaan listrik.
Upaya ini diatur dalam PeratuÂran Menteri Dalam Negeri (PerÂmendagri) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Hemat Listrik. Menurut Raydonnyzar, PerÂmenÂdagri itu sampai mengatur pengÂguÂnaan listrik untuk lift.
Sejak adanya pedoman itu, jumÂlah tagihan listrik kemenÂteÂrian terus menurun. Tagihan bulan April sebesar Rp 364,87 juta. Tagihan Mei turun jadi Rp 362,94 juta. Tagihan Juni turun lagi jadi Rp 332,09 juta. “Setiap bulan tagihan listrik kita meÂnuÂrun. Ini sebagai bentuk pengÂheÂmatan,†kata Raydonnyzar.
Kementerian, lanjut dia, juga mengimbau agar kantor-kantor pemerintah daerah di seluruh Indonesia melakukan penÂgÂheÂmatan listrik.
Instansi Boros Bakal Kena Sanksi
Bukan kali ini saja Presiden SBY memerintahkan perlunya pengÂhematan energi. Pada 2008, keluar Inpres Nomor 2 tentang hal itu. Tapi, instruksi itu kurang efektif di lingkungan pemerintah.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, Inpres meÂngeÂnai hemat energi akan diÂaktifÂkan lagi. “Dulu kan ada Instruksi Presiden tentang pengÂhematan, ada penggunaan air, penggunaan BBM. Saya kira hal tersebut bisa kita lakukan kembali,†katanya.
“Penghematan itu untuk di lingkungan pemerintahan di bawah Presiden. Inpres itu maÂsih berjalan tinggal kita meÂmiÂnÂta direaktif kembali,†lanjut Hatta.
Dalam instruksi ini akan diatur jam-jam penghematan penggunaan listrik di kantor-kantor pemerintah.
“Tahun lalu di institusi peÂmerintahan saja bisa hemat tujuh sampai 10 persen untuk penggunaan listrik. Bahkan di kantor presiden lebih dari 20 persen atau hampir 30 persen,†ungkap Hatta.
Setiap kementerian atau lemÂbaga juga harus melaporkan pemakaian listrik dan BBM seÂtiap bulan. “Masing masing (insÂÂtansi) melaporkan setiap akhir bulan berapa penggunaan (listriknya)-nya. Dari situ bisa tercermin ada penghematan,†kata Hatta. Instansi yang boros listrik akan terkena sanksi.
Instruksi itu segera dikeÂluarÂkan setelah rumusan mengenai penghematan selesai dibuat Kementerian Energi dan SumÂber Daya Mineral.
Dari Kecilkan AC Sampai Copot JasPemerintah Jepang menguÂpayakan penghematan energi lewat program nasional berÂnaÂma
Super Cool Biz. Pegawai diÂminÂta mengeÂnaÂkan pakaian yang bisa menÂduÂkung hemat enerÂgi. Mereka diÂperbolehkan meÂngeÂnakan paÂkaian non-formal untuk ngantor pada musim panas.
Polo shirt dan kostum yang biasa dikenakan pelatih olahÂraga boleh dipakai di kantor. Celana jeans dan sandal pun diÂterima dalam keadaan tertentu.
Dengan menggunakan pakaiÂan yang tak gerah bisa meÂngÂguÂrangi pemakaian AC di kanÂtor-kantor pemerintah. BuÂnÂtutÂnya, bisa menghemat pengÂgunaan listrik.
Jusuf Kalla saat duduk seÂbaÂgai wakil presiden juga meneÂrapÂkan itu. Ia meminta pendiÂngin ruangan kantor diopeÂrasiÂkan pada suhu 25 derajat CelÂcius agar hemat listrik. TemÂpeÂratur itu masih cukup nyaman untuk bekerja.
Ia juga mengimbau pejabat tak lagi memakai jas ke kantor. “Tak ada satu pun negara tropis yang pejabatnya setiap hari paÂkai dasi,†katanya. Kalla tak seÂkÂaÂdar ngomong. Tapi memÂbeÂriÂkan contoh. SeÂÂtiap hari dia ngantor meÂngeÂnaÂkan kemeja. Hanya pada acara-acara resmi saja dia meÂngenakan jas.
Kalla meminta seluruh jajaran pemerintah dan swasta diminta mematikan pendingin ruangan, komputer, serta lampu di ruang kerja saat meningÂÂÂgalÂÂÂkan ruangan.
[rm]