RMOL. Terpidana kasus dokumen L/C fiktif Bank Century, Muhammad Misbakhun diketahui jalan-jalan di sebuah mal di bilangan Senayan beberapa waktu lalu. Padahal, masa hukumannya belum selesai.
Kepada wartawati televisi yang memergokinya, bekas anggota DPR itu mengaku sudah bebas. Tapi menurut Kepala Lapas SaÂlemba, Yus Pahruddin belum beÂbas murni. Politisi Partai KeÂadilan Sejahtera (PKS) masih tahap asimilasi.
Setiap narapidana yang sudah menjalani setengah masa huÂkuÂmannya berhak mengikuti proÂgram asimilasi. Program ini berÂtujuan mempersiapkan napi itu untuk kembali ke masyarakat. SeÂlama menjalani program, napi diÂperbolehkan keluar. Tapi sore hari dia harus kembali ke penjara.
Berdasarkan surat persetujuan Kakanwil DKI Jakarta yang diÂkeluarkan tanggal 7 Juni 2011, MisÂbakhun diizinkan mengikuti proÂgram asimilasi di pihak ketiÂga. Ia dipekerjakan di PT Energi Bara Prima (EBP). Layaknya karÂyawan biasa, Misbakhun harus maÂsuk kantor Senin sampai Jumat, mulai pukul 8 pagi sampai 5 sore.
Apakah Misbakhun benar-beÂnar bekerja di perusahaan ini?
RakÂyat Merdeka mencoba meÂnginÂtipnya. Perusahaan yang diÂpimpin Rooma Pakpahan ini diÂketahui beralamat di Jalan Sultan Iskandar Muda Nomor 99, Jakarta Selatan.
Dari deretan ruko berlantai emÂpat bernomor 99, tak satupun terÂlihat plang bertuliskan PT Energi Bara Prima. Berdasarkan peÂnuÂtuÂran orang-orang sekitar, peruÂsaÂhaÂan itu berkantor di ruko nomor 99H.
Namun, ketika
Rakyat MerÂdeka menyambangi ruko yang diÂmaksud ternyata ditempati peruÂsahaan distibutor air mineral. SeÂbuah plang bertuliskan “Viro†dipasang bagian depan ruko.
Memasuki tempat ini tak terÂliÂhat deretan meja kerja layaknya seÂbuah kantor. Yang ada tumpuÂkan kardus berisi air mineral geÂlas dan galon. Selidik punya seÂliÂdik, ternyata PT EBP sudah pindah.
“Dulu sih di sini memang kanÂtornya, tapi udah pindah sekitar dua bulan yang lalu. Tapi saya kuÂrang tahu pindahnya ke mana.†ujar seorang penjual makanan yang mangkal di sini.
Salah satu pegawai distributor air mineral itu juga membenarkan PT EBP pernah berkantor di sini. “Perusahaan batubara itu meÂmang benar pernah di sini. Tapi suÂdah pindah sekitar dua bulan yang lalu, kita yang mengganÂtikan mereka,†ujar pria berkumis ini.
Informasi yang diperoleh PT EBP pindah ke Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Menyusuri salah satu jalan utama di kawasan elite Kebayoran Baru itu akhirnya diketahui PT EBP berkantor di bangunan nomor 10. Posisinya persis di seberang kediaman Duta Besar Italia.
Tidak ada plang yang menanÂdakan PT Energi Bara Prima berÂkantor di sini. Saat
Rakyat MerÂdeka mengunjungi tempat ini suaÂsananya sepi. Satu gerbang besi berwarna coklat kusam tampak tertutup rapat. Karena pagar dan gerbangnya tak cukup tinggi, memÂbuat kita bisa melihat konÂdisi kantor baru PT EBP.
Ada dua bangunan di sini. BaÂngunan terdepan berbentuk ruÂmah berlantai satu yang dicat putih. Di belakangnya terdapat bangunan dua lantai dengan warna yang sama.
Dilihat sekilas kantor baru PT EBP lebih layak disebut rumah. Struktur bangunannya seperti ruÂmah umumnya di kawasan yang besar-besar. Di halamannya terÂparkir Jeep tua yang tampak suÂdah lama tidak dipakai. Mobil berÂcat hijau tersebut ditutupi terÂpal. Dua sepeda motor parkir di garasi.
Waktu masih menunjukkan puÂkul 14.00 WIB, tak terlihat tanda-tanda aktivitas pegawai. Suasana kantor itu hening dan sepi. Yang terdengar justru kicau burung di atas pohon beringin besar di peÂkarangan dan deru kendaraan yang melintas di Jalan Senopati.
Rakyat Merdeka kemudian meÂngucapkan salam dengan sedikit berÂteriak untuk menarik perhaÂtian orang di dalam. Awalnya tak ada resÂpons. Setelah berteriak meÂmangÂgil sambil mengetuk besi gerbang muncul seorang perempuan.
Perempuan yang mengaku penjaga tempat ini membenarkan di sinilah PT EBP berkantor. SeÂtelah menjelaskan ingin bertemu perÂwakilan perusahaan, peremÂpuan ini meminta menunggu. Ia lalu ke dalam. Tak sampai lima menit,
Rakyat Merdeka diperÂtemuÂkan dengan Legal Manager PT EBP. Namanya James Purba.
James menuturkan, Misbakhun bekerja di sini sejak Juni. MisÂbakÂhun ditempatkan sebagai staf keuangan merangkap konsultan. “Dia minta bergabung sekitar tiga bulan yang lalu. Namun, karena pengurusannya panjang baru satu bulan ini bergabung setelah keÂluar putusan asimilasinya.â€
“Dia mohon kepada kita agar bisa asimilasi di sini. Kemudian kita urusin. Pak Misbakhun kan punya kemampuan bidang keÂuangan yang cukup baik, keÂnaÂlanÂnya investor juga banyak seÂhingga menguntungkan buat kita,†kata James menÂgungÂkapÂkan alasan perusahaannya memÂpekerjakan Misbakhun.
Selama bekerja di sini, kata JaÂmes, Misbakhun tak pernah boÂlos. Ia juga rajin ngantor. “Jam 9 pagi sudah sampai di sini, pulang jam 4 lebih. Beliau selalu dan tiÂdak pernah terlambat. Orangnya baik kok, ke mana saja selalu lapor,†tutur James.
Apakah Misbakhun juga lapor ketika ke Ratu Plaza bersama keÂluarga pada Rabu (13/7) yang kemudian dipergoki wartawan?
Kata James, Misbakhun ke situ bukan untuk berjalan-jalan atau bersantai, melainkan memÂperÂbaiki komputer kantor. “KeÂbeÂtuÂlan komputer yang dia pakai di kantor rusak. Kemudian meminta izin untuk memperbaiki. Ketika beliau keluar bertemu dengan istrinya dan anaknya. Saya kira sah-sah saja.â€
Menurut pria berdarah Batak ini, kepergian Misbakhun tak melanggar program asimilasi karena dilakukan pada jam kerja. Kecuali, jika dia keluyuran di luar jam kerja.
“Selain mendapat izin dari kanÂtor tempatnya bekerja, dia berada di luar karena kepentingan kantor. Jadi sebenarnya hal itu tidak perlu Âdiributkan. Tapi karena beliau dikenal publik, makanya jadi raÂmai pemberitaannya,†kata James.
Berapa gaji Misbakhun? James mengungkapkan, Misbakhun hanya dibayar Rp 2 juta setiap bulan. Ia mengakui angka itu tak layak untuk Misbakhun yang memiliki banyak pengalaman.
“Cuma karena situasi masih seÂperti ini dan jam kerjanya terbaÂtas, jadinya kita kasih sesuai stanÂdar saja. Dengan gaji yang seÂbeÂsar itu, perusahaan kita sebenarÂnya beruntung dapat Pak MisÂbakÂhun,†ujarnya sembari tertawa.
Pemberitaan mengenai dirinya jalan-jalan di mal membuat MisÂbakÂhun mengajukan izin tak nganÂtor sejak Kamis. “Memang benar sudah dua hari tak masuk. Pihak Lapas memang belum memÂberikan izin keluar dulu, KaÂlapas bilangÄcalm down dulu. Tapi kita belum dikabari lagi sampai kapannya. Kita juga jadi takut karena pemberitaan ini, makanya kantor kita jadi sepi begini,†kata James.
Menkumham:Boleh Mampir di MalMenteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengatakan, terÂpidana kasus pemalsuan doÂkuÂmen L/C fiktif Bank Century, MuÂhammad Misbakhun telah resmi menjalani proses asiÂmiÂlasi. Oleh karena itu, ia boleh meninggalkan Rumah Tahanan Salemba untuk bekerja.
“Saya sudah mendapat konÂfirmasi dari kepala lapas bahwa memang yang bersangkutan suÂdah masuk proses asimilasi. Jadi boleh keluar Rutan, tetapi tiÂdak boleh menginap di luar. Jadi kalau dia keluar ke kantor ya boleh. Kalau misalnya mamÂpir sebentar ke plaza mana itu boÂleh saja. Asal jangan satu hari di plaza itu,†ujar Patrialis saat akan mengikuti rapat di Komisi VI, Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Misbakhun boÂleh keluar dari rutan pada pagi hari untuk bekerja dan harus kembali pada pukul 17.00 WIB. “Kita itu bekerja
by system ya, ada aturannya. Nggak mungkin kita berani keÂluar dari aturan. Pagi keluar sore dia (MisÂbakÂhun) harus maÂsuk lagi. Jam 17.00 sudah harus masuk,†tuturnya.
Patrialis menilai, Misbakhun layak mendapatkan asimilasi. Politisi PKS ini dinilai berÂkeÂlaÂkuan baik selama menjalani masa tahanan. Misbakhun telah menjalani proses asimilasi sejak 13 Juni 2011.
“Jadi, memang sudah haknya dia untuk menikmati udara dari pagi sampai sore. Dia sudah bekerja. Kalau ada urusan lapÂtop yang dibetulin, ya boleh saja,†kata Patrialis.
Patrialis mengatakan, ada tiga syarat seseorang mendapatkan asimilasi. Selain berkelakuan baik, terpidana harus telah menÂjalani separuh masa tahanan dan telah membayar pidana denda. Terpidana juga diwajibkan membayar ganti rugi uang neÂgara jika ada.
Patrialis mengatakan, asiÂmiÂlasi tak hanya diberikan bagi poÂlitisi, tetapi seluruh terpidana tanÂpa terkecuali. Asimilasi meÂruÂpakan proses integrasi sosial, di mana terpidana kembali meÂnyesuaikan kehidupan di luar lembaga pemasyarakatan.
Wartawati Metro TV, MoÂniÂque Rijkers, memergoki MisÂbakhun sedang berada di restoÂran Rice Bowl Ratu Plaza berÂsama istri dan anaknya, Rabu (13/7). Peristiwa itu terjadi seÂkitar pukul 14.05.
Melihat kehadiran wartawan, Misbakhun bersama istri dan anaknya langsung meningÂgalÂkan restoran tanpa sempat meÂmakan hidangan yang sudah dipesannya.
Patrialis menyatakan wajar jika politisi PKS itu menghindar ketika berjumpa wartawan kaÂrena dorongan ketakutan secara psikologis. “Asimiliasi itu proÂses reintegrasi sosial bagaimana dia bisa melihat orang lain tidak menjadi waswas dan takut diledek. Pelan-pelan dia bergaul dengan masyarakat. Kalau dia (Misbakhun) takut juga saya kira manusiawi. Apalagi disoÂrot, diberitakan,†ujarnya.
[rm]