Berita

Penerbang TNI-AU

On The Spot

Gagal Sejam Pelajaran, Langsung Out

Pangkalan Udara Adisutjipto, Kawah Candradimuka Penerbang TNI-AU
SENIN, 11 JULI 2011 | 07:41 WIB

RMOL. Tidak setiap lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) otomatis langsung bisa menerbangkan pesawat. Calon-calon “Gatotkaca” itu harus menempuh pendidikan lanjutan di Wing Pendidikan Penerbang Pangkalan TNI-AU Adisutjipto. Untuk tiap angkatan, rata-rata hanya seperempat alumni karbol AAU yang lolos pendidikan dan sukses mengangkasa.

Dua pesawat bercorak merah putih itu terbang rendah di atas Lanud Adisutjipto, Jogjakarta. Satu dari barat, satunya lagi dari timur. Suara pilot bisa didengar dari radio komunikasi yang di­monitor dari ground (darat).

“Jupiter five prepare for cross over,” kata pilot pesawat yang me­luncur dari barat. Pilot pesa­wat kedua pun merespons. “Ready for cross over,” ujarnya.

Dalam hitungan detik setelah komunikasi mereka, dua pesawat itu pun langsung bermanuver. Mereka memutar lebih dulu ke angkasa. Lalu, dengan kecepatan tinggi, dua pesawat tersebut sa­ling melaju seakan-akan hendak bertabrakan.

Jarak semakin dekat, sepuluh meter, lima meter, dan wush” ke­dua­nya bersilang dengan jarak yang sangat presisi. Para pe­non­ton di darat menahan napas se­jenak, lalu bertepuk tangan.

“Bravo... bravo... sukses,” ujar Ke­pala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Per­tama Bambang Samudro yang ikut mengawasi dari darat.

Dua pesawat itu adalah bagian dari tim Jupiter Aerobatic Team (JAT) yang menjadi andalan utama korps TNI-AU. Dalam se­tiap acara besar TNI, JAT tampil. Dokumentasi atraksi men­de­barkan jantung ala JAT juga bisa dilihat di situs YouTube.

Para penerbang JAT meng­gu­na­kan pesawat KT-1 Wong Bee dari Korea Selatan. Selain men­jadi pilot akrobatik, mereka ada­lah para instruktur penerbang yang bermarkas di Wing Pen­di­dikan Terbang Pangkalan Udara TNI-AU Adisutjipto.

Tiap tahun, Wing Pendidikan Terbang rata-rata meluluskan 40"50 penerbang. Pada 24 Juni lalu, baru saja diwisuda 19 pe­ner­bang Prajurit Sukarela Dinas Pen­dek (PSDP/lulusan SMA) dan 27 penerbang perwira rema­ja (lu­lu­san AAU).

“Tiap tahun memang berbeda-beda jumlahnya, ber­gan­tung hasil seleksi awal dan proses pendi­di­kan,” jelas Komandan Wing Dik Terbang Kolonel (Pnb) Khairil Lu­bis kepada Jawa Pos.

Sistem pendidikan penerbang sangat ketat. Siswa dievaluasi per jam pelajaran. “Satu jam pela­ja­ran saja mereka tidak lulus, get out,” tegas Khairil.

Memang, ada satu dua siswa yang masih ditoleransi me­ngu­lang karena prestasinya dinilai masih bisa diperbaiki. “Ada sidang dewan akademi yang akan mengukur apakah seorang calon penerbang layak mengulang jam pelajaran atau tidak. Termasuk dari mental psikologisnya,” kata penerbang dengan pangkat tiga melati di pundak itu.

Jawa Pos lantas diajak berke­liling melihat fasilitas pendidikan di lanud yang didirikan sejak 1942 tersebut bersama Koman­dan Skuadron Pendidikan (Ska­dik) 104 Mayor (Pnb) Indan Gi­lang Boldansyah. “Untuk calon penerbang PSDP, minimal 3.000 jam pelajaran dulu sebelum ter­bang. Untuk lulusan AAU, 1.500 jam,” ujar Indan.

Nanti, mereka diberi kesem­pa­tan 11 sorti penerbangan sampai bisa terbang mandiri (terbang solo) dengan pesawat latih Bravo atau Charlie. Mereka juga mem­pu­nyai tradisi terbang malam yang harus ditempuh de­ngan sukses.

“Tidak ada penambahan sorti. Artinya, khusus untuk jam terbang praktik, siswa harus lolos atau gagal,” tegas Indan yang asli Cimahi, Jawa Barat, tersebut.

Fasilitas di Skadik 104 juga cukup lengkap. Ada Simulator Flight Matic asal Amerika Serikat yang dibuat pada 1981. Walaupun sudah cukup tua, alat itu masih bisa digunakan untuk menguasai teknik dasar terbang. “Ini persis seperti kokpit pesawat aslinya,” ungkapnya.

Ada pula alat bernama Flight Training Device. Itu merupakan alat terbaru yang dimiliki Skadik 104 yang dioperasikan sejak 2005. Dengan alat yang ditaksir seharga sekitar Rp 400 juta per buah ter­sebut, calon pilot bisa mera­sakan suasana langsung seperti di dalam pesawat secara real time.

Ada layar di depan kokpit yang persis seperti kondisi di udara. Termasuk, peta suasana daratan yang sama persis dengan yang dilihat dari langit. “Coba Anda ter­bang memutari Jogja, varia­si­kan ketinggian dan kecepatan pe­sawat,” katanya sembari mem­persilakan Jawa Pos.

Perwira muda kelahiran 1973 tersebut menjelaskan, di antara 100"120 lulusan AAU, yang bisa menjadi penerbang hanya 27"33 orang. “Berarti, sekitar 25 per­sen,” ungkapnya. Yang lain akan di­bagi dalam cabang-cabang TNI-AU lainnya. Misalnya, pa­su­kan khas (paskhas), polisi mi­liter (PM), teknik (tek), elek­tr­o­nika (lek), dan navigator (nav).

 PSDP ditempuh selama 30 bulan, sedangkan sekolah pe­ner­bang perwira remaja (alumnus AAU) ditempuh selama 14 bulan. Setelah lulus pendidikan, mereka bisa memakai identitas seorang penerbang di belakang pangkat yang disingkat Pnb.

Pilot-pilot militer itu juga bisa memilih spesialisasi. Misalnya, Indan yang piawai menerbangkan helikopter tempur. Boleh juga memilih menjadi penerbang F-16, F-5, atau pesawat Hawk. “Nanti, untuk masing-masing spesialisasi itu, ada pendidikan sendiri di skuadron masing-ma­sing,” jelasnya.

Khusus alumni PSDP juga akan disalurkan menjadi pener­bang di kesatuan lain. Misalnya, penerbang TNI Angkatan Darat atau Angkatan Laut.

Indan juga mengajak melihat langsung pesawat-pesawat latih yang standby di hanggar. Ada juga pesawat KT Wong Bee yang belum dicat merah putih. “Pe­ra­watan rutin dilakukan terus tiap hari. Sebelum terbang, kesia­pan­nya harus benar-benar sempurna, 100 persen,” tegas bapak satu anak tersebut.

Selesai berkeliling Lanud Adi­sutjipto, Jawa Pos lantas bergerak ke selatan, memasuki kompleks Akademi Angkatan Udara. Pekan depan, tepatnya 14 Juli 2011, Presiden SBY melantik para per­wira muda dalam upacara Pra­setya Perwira (Praspa) di kompleks itu.

Ketika Jawa Pos datang, para karbol sedang berlatih lari sebe­lum makan siang bersama di ge­dung Handrawina. Sebagian ber­lari dengan menggunakan ponco (mantel hujan) untuk mencegah sengatan matahari.

Gubernur AAU Marsekal Muda I Putu Dunia menyatakan, lama pendidikan di AAU setara dengan strata satu, yakni empat tahun. Para siswa yang ingin mengikuti pendidikan terbang harus lulus dulu dari AAU. Siswa lulusan AAU yang ingin me­lan­jutkan ke Skadik akan menjalani uji kompetensi kembali. Salah satunya, indeks prestasi harus lebih dari 2,7 dari skala 4,0.

AAU memiliki tiga jurusan yang terdiri atas teknik aero­nau­tika, manajemen industri, dan elektronika. Mahasiswa AAU me­miliki sebutan yang khas, yakni karbol. “Saat ini, kami menampung 358 karbol. Seba­nyak 124 di antaranya lulus Juni lalu,” katanya.   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Aceh Selatan Terendam Banjir hingga Satu Meter

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:58

Prabowo Bertemu Elite PKS, Gerindra: Dukungan Moral Jelang Pelantikan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:39

Saham Indomie Kian Harum, IHSG Bangkit 0,54 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:26

Ini Alasan Relawan Jokowi dan Prabowo Pilih Dukung Rido

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:19

Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Ukir Sejarah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:54

Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Bakal Tetap Rutin Kunjungi IKN

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:42

Sosialisasi Golden Visa Bidik Top Investor di Bekasi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:31

Soal Kasus Alex Marwata, Kapolda Metro: Masalah Perilaku Kode Etik yang Jadi Pidana

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:26

Kontroversi Gunung Padang: Perdebatan Panjang di Dunia Arkeolog

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:20

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

Selengkapnya