Berita

kasino/ist

Sah, Kegagalan SBY-Boediono Sangat Mendasar!

SENIN, 20 JUNI 2011 | 21:31 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Dari kasus eksekusi mati terhadap Ruyati binti Satubi rakyat Indonesia menyadari bahwa betapa sukar mengharapkan negara melindungi, menyejahterakan rakyat dan segenap tumpah darah sesuai tujuan berbangsa dalam pembukaan UUD 45.

"Ruyati dan jutaan TKI lainnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang tidak dapat diberikan pemerintah. Padahal negara Republik Indonesia adalah negara terkaya di dunia, tetapi pemerintah tidak dapat memberikan penghidupan yang layak bagi warga negara. Ini sebenarnya pelanggaran konstitusi,"  kata aktivis politik, Ahmad Kasino, kepada Rakyat Merdeka Online, Senin malam (20/6).

Menurut Kasino, pemerintahan SBY-Boediono sebaiknya mengakui kegagalannya dalam kasus Ruyati, bukannya malah menutupi kegagalannya dengan kebohongan-kebohongan baru.


"Jangan malah berdalih bahwa kasus tersebut kasus pidana dan presiden tidak bisa mencampuri proses hukum yg berlangsung di negara lain, itu semua kita tahu. Yang jadi masalah adalah sejauh mana pendampingan hukum yang maksimal diberikan negara selama proses hukum pada Ruyati berjalan," tegas aktivis Gerakan Indonesia Bersih ini.
 
Kasino menegaskan, kebobrokan di segala bidang pemerintahan ini mencakup hal-hal yang paling dasar yaitu perlindungan warga negara dan penciptaan kesejahteraan rakyat. Realitas itu memperkuat alasan bagi rakyat mendorong percepatan pergantian kepemimpinan nasional.

"Tidak ada alasan untuk tidak menurunkan SBY-Boediono. Dan pemakzulan itu harus dilakukan dengan kekuatan rakyat yang dikhianati SBY-Boediono," sergahnya.

Menurut Kasiono, ada perbedaan nyata antara presiden Amerika Serikat dengan Presiden SBY. "Bahwa apabila ada warga negara AS terancam maka presidennya memerintahkan gelar pasukan selain diplomatik untuk selamatkan warga negaranya. Sedangkan SBY ketika ada warga negara dihukum pancung, malah sibuk melakukan cuci tangan," pungkasnya.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya