Berita

presiden sby/ist

SBY Mundur Tidak Akan Membuat Demokrat Makin Liar

SELASA, 14 JUNI 2011 | 12:17 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Kekisruhan yang semakin akut di tubuh Partai Demokrat jadi momen sangat tepat bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mempertimbangkan kepantasan statusnya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

Demikian disampaikan pakar tata negara Margarito Kamis kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Selasa, 14/6). Dia menjelaskan, secara tata negara partai politik adalah subyek hukum dalam Pemilu Presiden. Tetapi hal itu sama sekali tidak berkonsekeuensi hukum Presiden harus jadi Ketua atau Pembina Partai.

"Pada saat yang sama tidak ada larangan bagi Presiden, siapapun dia untuk misalnya menjadi Ketua Partai atau Pembina Partai. Itu sebabnya hanya Presiden SBY sendirilah yang menentukan kepantasannya. Pantas atau tidaknya tergantung pertimbangan Presiden sendiri," jelas Margarito Kamis.


Namun, masalah sebenarnya adalah pada diri Presiden melekat dua status yaitu statusnya sebagai head of executive dan sebagai head of state. Pada status kedua inilah Presiden menjadi poros moralitas dan etik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Pada titik itu mucul kewajiban moral atau etis baginya untuk mempertimbangkan kepantasan status beliau sebagai Pembina Partai. Saya berpendapat bahwa disebabkan begitu banyak persoalan bangsa ini yang membutuhkan penanganan secara cepat, tepat dan produktif, maka sepantasnya beliau berbesar hati dengan mengambil prakarsa melepaskan jabatan di partai politik (Partai Demokrat)," ucapnya.

Masih menurut Margarito, kalaupun SBY melepaskan jabatan itu, tidak berarti SBY melepaskan kontrol terhadap Partai Demokrat.

"Saya tidak percaya bahwa dengan melepaskan jabatannya di partai itu akan merangsang partai Demokrat jadi semakin liar. Rasanya sampai kapanpun Beliau akan tetapi diperlakukan oleh fungsionaris Partai Demokrat sebagai god father," pungkas pria asal Ternate ini.[ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya