Berita

presiden sby/ist

Adhie M Massardi

Orang-orang Binaan Jenderal Yudhoyono (All the President's Men)

Oleh Adhie M. Massardi
RABU, 25 MEI 2011 | 08:00 WIB

GEORGE Junus Aditjondro kita kenal sebagai ahli sosiologi korupsi spesial lembaga kepresidenan. Di zaman kegelapan Orde Baru, ia pernah membuat buku tentang keserakahan Keluarga Cendana. Setelah itu, ia “buron” ke Australia. Di sana ia sempat mengajar di Universitas Newcastle.

Ketika Jenderal Soeharto lengser dan digantikan Wapres BJ Habibie, 1998, George kembali meluncurkan buku: Dari Soeharto ke Habibie, Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari. Dilihat judulnya saja, sudah bisa diterka, isinya pasti tentang rezim baru yang lebih buruk dari yang sebelumnya.

Pada awal periode kedua kekuasaan Jenderal Yudhoyono, George kembali menerbitkan buku sepakterjang KKN keluarga presiden. Kita sudah tahu, judulnya Gurita Cikeas, buku yang lumayan spektakuler tapi berhasil diredam pengaruhnya oleh insiden “penepisan buku” yang dipicu oleh Ramadhan Pohan, orang binaan Jenderal Yudhoyono di Partai Demokrat.

Ada yang menarik dari Gurita Cikeas. Yaitu sikap beberapa pengamat (politik) yang menganggap George menggunakan data sekunder, sambil mempertanyakan keabsahan penelitiannya. Hal yang tak pernah dialaminya saat menulis hikayat KKN rezim Orde Baru. Padahal sebagai intelektual, rasanya tak mungkin George melecehkan isi kepalanya sendiri dengan data-data yang ngawur.

Menjadi memprihatinkan manakala tak ada satu orang pun penggiat gerakan antikorupsi yang mencoba mengelaborasi Gurita Cikeas, sehingga melahirkan temuan-temuan baru yang bakal menjadi skandal pemerintahan yang prosesnya menggunakan mesin demokrasi.

Bagusnya George bukan model intelektual yang mudah patah arang. Makanya, dengan ketekunan dan semangat melawan korupsi yang tinggi, ia siapkan buku kedua dengan judul (konon): Cikeas Makin Menggurita.

Akankah buku kedua George menggegerkan dunia perkorupsian di negeri ini, sebagimana buku pertamanya? Kalau melihat perkembangan mutakhir di lingkungan Istana dan Partai Demokrat yang berkuasa, Cikeas Makin Menggurita tampaknya tak akan menimbulkan sensasi.

Sebab skandal penyuapan di Mahkamah Konstitusi dan di kantor Menegpora Andi Mallarangeng yang melibatkan Bendahara Umum Partai Demokrat bernama Nazaruddin, membuka tabir gelap kepada publik betapa sudah rusaknya mental para politisi di partai yang menjadi motor koalisi dalam kekuasaan rezim Jenderal Yudhoyono.

Benar, Nazaruddin memang sudah dipecat oleh Badan Kehormatan Partai Demokrat. Tapi itu tak akan memuaskan kehendak masyarakat. Sebab ada sejumlah nama petinggi Partai Demokrat yang disebut-sebut Nazaruddin terlibat secara aktif dalam skandal penyuapan yang memalukan itu.

Ada Marzuki Alie, Wakil Ketua Umum Dewan Pembina yang dalam posisinya sebagai Ketua DPR bertanggungjawab atas pembangunan gedung baru DPR yang bermasalah. Ada Anas Ketua Umum Urbaningrum, yang disebut Mahfud MD pernah menemui Sekjen Mahkamah Konstitusi Djanedri yang dikasih uang sangat banyak oleh Nazaruddin.

Di luar semua itu, masih ada Jhony Allen Marbun, Wakil Ketua Umum yang namanya sudah lama dicatat KPK sebagai koruptor tapi sampai detik ini masih lenggang kangkung di semua panggung. Masih ada lagi sejumlah nama kader Partai Demokrat yang jadi kepala daerah dan sudah terjerat pasal korupsi tapi tetap saja melenggang-kangkung.

Kalau melihat struktur partai, nama-nama “tersangka” yang disebut di atas adalah orang-orang binaan Jenderal (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Dewan Pembina Partai Demokrat.

Melihat banyaknya skandal yang ditimbulkan kadernya, bisakah dikatakan Yudhoyono gagal sebagai pembina? Dewan Kehormatan partai harus bisa menjawab pertanyaan ini.

Kalau jawabannya “gagal”, pasti repot memikirkan cara mencopotnya. [***]


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya