Berita

Prof. Santos dan Prof. Openheimer Percaya Letusan Mbah Krakatau Lenyapkan Atlantis di Nusantara

SENIN, 16 MEI 2011 | 22:45 WIB

FAKTA ilmiah memperlihatkan bahwa zaman es terakhir terjadi sekitar 20.000 tahun lalu di mana permukaan laut waktu itu sekitar 130 meter di bawah permukaan laut sekarang.

Oleh karena itu, Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan masih merupakan satu pulau (daratan) besar. Selama ribuan tahun kemudian, air laut naik perlahan-lahan sampai sekitar 60 meter di bawah muka laut sekarang pada zaman sekitar 12.000 tahun lalu. Dari sekitar 11.600 tahun lalu data geologi mencatat kenaikan muka air laut tiba-tiba atau yang sangat cepat dalam beberapa tahap, sampai muka air laut setinggi sekitar hanya 5 meter dari muka laut sekarang pada masa sekitar 7.000 tahun lalu.

Pada masa ini Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan sudah terpisah dan wilayah bekas dataran rumput purba di Laut Jawa yang ketika itu diairi oleh sungai besar dan dikelilingi oleh dataran tinggi dan gunung-gunung api nan elok, sudah seluruhnya digenangi laut.

Ada hipotesa yang mengatakan bahwa kenaikan muka air laut cepat pada sekitar 11.600 tahun lalu itu berkaitan dengan letusan Krakatau purba, namun sampai sekarang belum ada penelitian untuk pembuktiannya.

Demikian juga tentang keberadaan peradaban Indonesia kuno sebelum dan setelah letusan yang diceritakan oleh Pustaka Raja Parwa tersebut di atas. Baru-baru ini dua ilmuwan dunia, yaitu Profesor Arsyo Santos dan Profesor Stephen Openheimer mempublikaskan hipotesanya bahwa daratan Atlantis yang tenggelam itu adalah Daratan Sunda. Buku yang ditulis Prof. Santos berjudul Atlantis, The Lost Continent Finally Found, dan buku Prof. Openheimer berjudul Eden in The East.

Mereka percaya bahwa letusan Krakatau berkaitan dengan musnahnya Kerajaan Kuno pada sekitar 11.600 tahun lalu tersebut. Namun belum ada data dan analisis ilmiah yang cukup untuk mendukung hipotesanya ini.

Terlebih lagi mengingat bahwa sampai saat ini ilmuwan di seluruh dunia masih meyakini bahwa sampai 10.000 tahun lalu dunia masih ada dalam jaman batu, belum ada peradaban maju. Peradaban yang kita kenal sekarang baru mulai berkembang pesat sejak sekitar 8.000 tahun lalu.

Sejarah dan fakta geologi sudah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana kejadian bencana alam di masa kuno dapat memusnahkan peradaban manusia. Boleh jadi, para leluhur nusantara juga meninggalkan berbagai catatan-catatan yang belum tersentuh tentang pengalaman berhara, nasihat-nasihat atau bahkan teknik-teknik jitu dalam menghadapi berbagai bencana alam yang pernah terjadi di zaman mereka.

Adalah tugas kita untuk menggali-nya. Konsep siklus alam mengajarkan bahwa segala apa yang pernah terjadi di masa lampau pasti akan terjadi lagi di masa datang.

Pertanyaannya, sudah cukupkah kita belajar dan sudah siapkah kita? (Bersambung)

Tulisan ini adalah bagian ketiga dari makalah Sunday Briefing yang disampaikan Tim Katastropik Purba di Jakarta (Minggu, 15/5). Tim Katastropik Purba dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial yang dipimpin Andi Arief. Naskah ini dimuat atas izin dari Tim Katastropik Purba.


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya