RMOL. Badan Pusat Statsitik merasa perlu menanggapi kritik terhadap pemerintahan Presiden SBY yang menyebut peningkatan angka kemiskinan nasional adalah salah satu ciri kegagalan rezim ekonomi SBY.
Analis Statistik Sosial Badan Pusat Statistik, Jousairi Hasbullah, mengatakan, dari data yang dimilikinya, sejak tauhn 2006 jumlah penduduk miskin Indonesia menurun cukup signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 39,3 juta, menurun menjadi menjadi 31,05 juta pada tahun 2010.
Menurutnya, data itu membuktikan dua hal sekaligus. Pertama, memang betul bahwa masih banyak penduduk miskin yang dikategorikan sangat miskin di Indonesia. Tetapi perlu diakui pula bahwa mengentaskan sebanyak delapan juta manusia Indonesia dari kemiskinan itu produk dari kebijakan dan upaya yang tidak ringan.
"Di lapisan penduduk yang paling miskin sekalipun walaupun mereka belum dapat keluar dari kemiskinan juga terjadi perbaikan kualitas kesejahteraan yang cukup baik dan membanggakan," terang Jousairi kepada
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu petang, 6/4).
Ia juga menambahkan, ukuran dunia untuk melihat perkembangan tersebut yaitu dengan menggunakan ukuran Poverty Gap Index. Pada tahun 2006 ada jarak yang cukup jauh antara kemampuan ekonomi rumah tangga penduduk miskin dengan Garis Kemiskinan. Pada tahun 2006, Poverty Gap Index menunjukkan angka sebesar 3,43, menurun tajam menjadi 2,2 pada tahun 2010.
"Ini artinya walaupun mereka masih miskin tetapi ekonomi rumah tangga penduduk miskin Indonesia mulai menggeliat bergerak menuju ke batas Garis Kemiskinan, dan cukup nyata," terangnya.
Ia tidak membantah jika di antara masyarakat miskin tersebut mengalami ketimpangan kekuatan ekonomi rumah tangga. Tetapi dari tahun 2006 ke 2010 rata-rata tingkat ketimpangan tersebut menurun hampir separuhnya. Ukuran yang digunakan adalah Poverty Severity Index (PSI) yang menunjukkan angka 1,00 di tahun 2006, menjadi 0,55 di tahun 2010. Ini memberi makna bahwa varian kemampuan ekonomi rumah tangga antar orang miskin semakin homogen.
Sebelumnya juga, ia menerangkan, Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Bayi dari 29 kematian menjadi hanya 25 kematian per 1000 kelahiran hidup dari tahun 2006 ke tahun 2010. Hanya dalam waktu empat tahun, AKB turun sebesar empat poin.
"Indikator Angka Kematian Bayi merefleksikan terjadi perbaikan kesejahteraan di lapisan masyarakat menengah bawah. Penduduk miskin berkurang. Kekuatan ekonomi rumah tangga penduduk miskin semakin bergerak ke arah Garis Kemiskinan dan dengan jarak antar mereka semakin mengecil," tegasnya.
Jousairi mengamini pernyataan Presiden SBY pada Rapimnas Kamar Dagang Indonesia akhir pekan lalu bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui investasi besar-besaran amat diperlukan.
"Kue pertumbuhan itu nyatanya, tidak hanya dinikmati oleh lapisan atas masyarakat. Terbukti kesejahteraan masyarakat lapisan bawah semakin membaik," tutupnya.
[ald]