RMOL. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (1/4).
Dalam pidato yang disampaikannya, Presiden SBY memaparkan beberapa fenomena baik di luar maupun dalam negeri yang dapat dijadikan kesempatan bagi para pelaku usaha di Indonesia.
Menurut SBY, dari media massa internasional tampak banyak bencana dan implikasi perubahan yang bisa akibatkan kenaikan harga pangan cukup tinggi. Salah satunya, SBY menyebut peperangan di kawasan kaya minta bumi, Afrika Utara.
"Minyak mentah terdongkrak naik pada harga yang tinggi," ujar SBY.
Namun, ada faktor lainnya yang menjadi kesempatan bahwa Asia sejak dunia digemparkan krisis ekonomi 1998, menjadi pilar perekonomian global saat ini.
"Ini jadi faktor eksternal yang harus diperhatikan. Salah satunya kolektifitas Asia dalam infrastruktur," tegasnya.
Sedangkan kekurangan di dalam negeri masih terjadi harga produk yang sangat tinggi di Indonesia Timur. Di samping itu, kemerataan akses listrik di Indonesia sangat kurang di tengah kenyataan penduduk yang sangat besar dan potensi pemasukan negara yang amat besar.
"Itu berarti ada
opportunity ada
challange. Kalau kita cerdas tangkap kesempatan yang disediakan internasional dan lokal, menambahkan infrastruktur dan kemudahan ekonomi yang diperlukan maka hasilnya kita akan jadi pemenang dalam era globalisasi dan kebangkitan ekonomi utamanya di Asia sekarang ini," ucap SBY.
Rapimnas Kadin Indonesia berlangsung pada 1-3 April di Jakarta dan Makassar. Kali ini, Kadin memastikan akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman sekurangnya dengan tujuh kementerian.
Rapimnas kali ini juga mengagendakan diskusi yang terfokus pada konektivitas daerah-daerah. Kadin memandang kurangnya infrastruktur perhubungan, baik jalan antarkota maupun pelabuhan-pelabuhan kecil sebagai feeder bagi pelabuhan besar masih jauh dari mencukupi.
[ald]