mari e pangestu/ist
mari e pangestu/ist
RMOL. Banjir produk impor di dalam negeri adalah konsekuensi dari pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China (ASEAN China Free Trade Agreement/ACFTA) sejak Januari 2010.
Sayangnya, pemerintah tidak mampu berbuat banyak untuk mengontrol dan mengendalikan pasar. Misalnya, masih banyak makanan impor yang tidak mencantumkan bahasa Indonesia, banyak yang tanpa label halal maupun Standar Nasional Indonesia. Hal itu, menurut Anggota Komisi VI DPR, Iskandar Syaichu, karena lemahnya instrumen dalam negeri.
"Belum lagi soal menyaingi produk impor. Bahkan saya khawatir pelaku industri kita akan berubah profesi sebagai pedagang produk impor daripada mendirikan pabrik sendiri," ujar Iskandar Syaichu kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 31/3).
Populer
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
UPDATE
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34