Berita

ilustrasi

BOM BUKU

Kepala BNPT Jelaskan Mengapa Kelompok Lama Masih Jadi Tersangka Utama

SABTU, 19 MARET 2011 | 14:37 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Bangsa Indonesia baru menyadari terorisme hidup di Tanah Air setelah bom Bali I meledak tahun 2002. Padahal beberapa tahun sebelumnya aktivitas terorisme terlihat nyata di beberapa fenomena seperti pada Bom Malam Natal.

"Supaya kita tak bingung, kita harus lihat bingkainya. Kalau dibilang sejak 2002 (terorisme ada) itu tidak betul. Mulai 1998 kan Masjid Istiqlal sudah dibom. Tapi itu kan awalnya, meski bukan berbentuk Jamaah Islamiyah," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulan Terorisme Irjen Ansyaad Mbai saat mengisi diskusi  "Setelah Bom Buku Terbitlah Isu" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/3).

Pada saat itu, masjid jadi sasaran, agar semua orang berpikir pelakunya bukanlah penganut Islam, melainkan agama lain.


"Masjid dibom semua orang waras takkan berpikir bahwa muslim yang membom. Kita ingat, terus gereja dibom pada malam Natal, seolah itu aksi balasan. Padahal itu-itu juga (pelakunya)," tegasnya.

Saat itu pula, masyarakat belum menyebut aksi-aksi peledakan sebagai tindakan kriminal biasa. Baru setelah Bom Bali I meledak tahun 2002 dan Imam Samudra Cs tertangkap sesudah itu, masyarakat mengenal istilah terorisme yang terungkap di pengadilan.

"Di tahun selanjutnya ada bom Marriot pertama dan pelakunya itu-itu juga. Terungkap dan terulang lagi bom Kedubes Australia. Maksud mereka itu permalukan pemerintah," ungkapnya.

Karena itu, Ansyaad menekankan, publik tidak usah dibingungkan dengan berbagai analisis yang ngawur soal rangkaian teror bom paket belakangan ini.

"Kita berangkat dari realitas, jangan analisis enggak karuan, nanti masyarakat bingung. Dari realitas ini, gerakan yang perjuangkan agama. Bahwa sekarang ini Islam ini sedang terus dihajar aparat, muncullah musuh itu: Barat dan Yahudi. Kita hubungkan dengan target-target sekarang itu ketemu benang merahnya," paparnya.
 
"Semua target itu punya benang merah. Mereka dianggap kafir yang wajib diperangi, karena ideologi mereka (teroris) ingin dirikan khilafah. Kita pernah ada Negara Islam Indonesia. Siapapun yang menghambat itu, musuh dan harus diperangi. Mereka tidak mau disebut teroris, karena mereka mengaku diperintah Allah. Orang seperti itulah yang kita hadapi," pungkasnya.[ald]

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Menhut Kebagian 688 Ribu Hektare Kawasan Hutan untuk Dipulihkan

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14

Jet Militer Libya Jatuh di Turki, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas

Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05

Profil Mayjen Primadi Saiful Sulun, Panglima Divif 2 Kostrad

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46

Nutrisi Cegah Anemia Remaja, Gizigrow Komitmen Perkuat Edukasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41

Banser dan Regu Pramuka Ikut Amankan Malam Natal di Katedral

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33

Prabowo: Uang Sitaan Rp6,6 Triliun Bisa Dipakai Bangun 100 Ribu Huntap Korban Bencana

Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11

Satgas PKH Tagih Denda Rp2,34 Triliun dari 20 Perusahaan Sawit dan 1 Tambang

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43

Daftar 13 Stafsus KSAD Usai Mutasi TNI Terbaru

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36

Prabowo Apresiasi Kinerja Satgas PKH dan Kejaksaan Amankan Aset Negara

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35

Jelang Malam Natal, Ruas Jalan Depan Katedral Padat

Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34

Selengkapnya