ilustrasi
ilustrasi
RMOL. Bom yang dikemas di dalam sebuah buku tebal yang akhirnya meledak di kompleks perkantoran Komunitas Utan Kayu, Selasa lalu (15/3), bersama tiga bom serupa yang ditemukan di tempat berbeda, telah menjadi isu yang begitu liar. Belum diperoleh kepastian yang memuaskan mengenai gurita bom low explosive itu.
Yang ada baru sekadar berbagai spekulasi yang masih harus diuji kebenarannya. Misalnya, ada yang mengatakan bom itu adalah buah tangan kelompok yang selama ini dipahami sebagai kelompok teroris. Adapula yang menduga, gurita bom buku ini adalah pekerjaan dinas intelijen; entah dinas intelijen yang mana. Dan seterusnya.
Motifnya pun beragam. Ada yang menduga untuk mengalihkan isu kawat diplomatik Kedutaan Amerika Serikat mengenai SBY dan keterlibatannya dalam kasu-kasus tertentu yang dibocorkan WikiLeaks dan diberitakan media massa Australia. Ada juga yang menduga, gurita bom ini adalah pesan yang ditujukan untuk aktivis pembela HAM yang memperjuangkan keberagaman. Adapaun Ulil, salah seorang yang menerima bom itu, mengatakan bom itu bermotif politik.
Selain ke Utan Kayu, bom buku itu juga, sejauh yang diketahui hingga kini, dikirimkan ke kantor Badan Nasional Narkotika (BNN) yang dipimpin Komjen Gories Mere yang juga dikenal sebagai salah seorang pentolan Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri, rumah Ketua Pemuda Pancasila Japto Sulistio Suryosumarno, dan rumah musisi Ahmad Dhani di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Bom di BNN, rumah Japto dan kediaman Ahmad Dhani dapat “diamankan†dan diledakkan Tim Gegana.
Tulisan ini secara khusus menyoroti ledakan bom buku di Utan Kayu.
Informasi yang diperoleh dari kalangan Kantor Berita Radio 68H, siang hari akhir pekan lalu (Sabtu, 12/3) seorang tak dikenal terlihat wira-wiri di depan perkantoran Komunitas Utan Kayu. Sesekali ia memotret gedung-gedung yang ada di areal perkantoran itu.
Tak ada yang menaruh curiga padanya. Petugas keamanan perkantoran menganggap itu sebagai hal yang biasa. Orang tak dikenal itu pun dibiarkan leluasa memotret semua gedung.
Lembaga yang berkantor di komplek itu adalah Institut Studi Arus Informasi (ISAI) dan Kanalinformasi.com, TempoTV dan Yayasan Kajian Islam Utan Kayu, lembaga yang memayungi Jaringan Islam Liberal (JIL).
Di sebelahnya ada gedung yang dibatasi Kedai Tempo, tempat berkantor Green Radio (89,2 FM), School for Broadcast Media (Sekolah Media Penyiaran), KBR 68H, Asosiasi Wartawan Radio Republik Indonesia (Alwari), Perkumpulan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia dan Perkumpulan Pengembangan Media Nusantara. Selain itu, ada juga Toko Buku Kalam.
Semua institusi tersebut bersaudara kandung yang bernaung di bawah Komunitas Utan Kayu (KUK), kecuali Alwari dan Perkumpulan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia.
Lelaki tak dikenal yang memotret itu diduga dapat menjadi petunjuk.
Tetapi, tidak diketahui pasti apakah si lelaki misterius ini terekam CCTV perkantoran KUK, atau tidak. Yang jelas, keesokan harinya (Minggu, 13/3) kamera pemindai di perkantoran itu dicabut karena mengalami kerusakan.
Selasa (15/3), sekitar pukul 10.00 WIB, sebuah paket yang terbungkus sampul berwarna coklat seukuran kamus tiba di perkantoran itu dan diterima resepsionis KBR 68H, Annisa Wulandari.
Dari keterangan Annisa, seperti dikutip Jurubicara KUK, Ade Wahyudi, diperoleh informasi bahwa paket tersebut diantar oleh seorang lelaki dengan tinggi badan sekitar 170 cm dan berkulit gelap. Annisa yang baru dua hari bekerja di KBR 68H meminta tanda terima paket itu. Tetapi, si kurir tidak mau membubuhkan tanda tangan. Ia pergi begitu saja.
Informasi lain yang diperoleh menyebutkan bahwa ketika tiba di Utan Kayu laki-laki itu membawa setidaknya tujuh paket yang semuanya tampak sama.
Sekitar pukul 12.00 WIB paket itu diantarkan ke kantor JIL. Sekitar pukul 13.30 WIB paket itu diambil petugas kebersihan JIL dan dibawa ke kantor JIL dan diserahkan kepada staf JIL, Ade Juniarti yang langsung membuka amplop yang berisi buku dan selembar surat pengantar yang meminta kesediaan Ulil menuliskan kata pengantar untuk buku itu. Tetapi buku itu sulit dibuka karena seluruh lembaran kertasnya direkatkan dengan lem.
Saidiman Ahmad, juga seorang staf JIL, membantu Ade Juniarti membuka buku tebal itu. Melalui cover depan yang sedikit terbuka, Saidiman dapat melihat rongga di tengah buku. Ia juga dapat mengintip benda tak dikenal di dalam rongga itu. Saidiman kaget, dan mulai membayangkan bahwa benda yang dipegangnya adalah paket bom yang dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti buku. Ia tidak mau mengambil risiko. Dengan setengah berlari, Saidiman menuruni tangga kantor JIL.
Menurut cerita Ulil Abshar-Abdalla yang Rabu sore (16/3) atau sehari setelah bom buku itu meledak mengunjungi KUK, memang sudah menjadi semacam kebiasaan di kantor JIL, surat atau paket untuk dirinya dibuka oleh sekretaris terlebih dahulu. Ketika paket itu tiba, Ulil sedang tak berada di KUK. Ia yang kini adalah salah seorang Ketua DPP Partai Demokrat, mendapat informasi pertama kali mengenai keanehan paket buku itu dari sekretarisnya. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Ulil meminta sekretarisnya segera menghubungi polisi.
Kembali ke cerita Saidiman yang sedang tergesa-gesa menuruni anak tangga untuk menyingkirkan bom buku itu. Ketika menuruni tangga, Saidiman bertemu dengan tiga orang yang mengaku anggota Mabes Polri yang dipimpin oleh Erwin Simanjuntak. Ketiga orang itu ingin bertemu Saidiman untuk membicarakan tentang berbagai konflik berlatar belakang perbedaan agama dan kepercayaan di Indonesia.
Karena mengaku sebagai polisi, Saidiman pun memberikan buku mencurigakan itu kepada ketiga orang tadi. Mereka menerimanya dan membawa buku itu ke lantai bawah. Buku diletakkan di atas meja, dan ketiga anggota Mabes Polri itu mulai mencungkil-cungkil buku. Mereka berhenti setelah memastikan ada kabel dan baterai di dalam buku itu.
Masih belum jelas kapan ketiga anggota Mabes Polri itu meninggalkan kompleks perkantoran Komunitas Utan Kayu.
Sekitar pukul 14.00 WIB, petugas keamanan internal KBR 68H membawa detektor metal untuk memindai buku itu. Suara yang begitu nyaring terdengar saat detektor didekatkan ke buku tanda bahwa di dalam buku itu memang ada material logam. Setelah itu, barulah petugas keamanan internal menghubungi Polsek Matraman dan Polres Jakarta Timur. Pukul 15.00 WIB, anggota polisi yang mengenakan seragam dinas pun tiba di lokasi.
Area sekitar buku kemudian dipasang garis polisi yang berdiameter tiga meter. Hingga 16.00 WIB, dua jam setelah dilaporkan, Tim Gegana belum juga tiba di Utan Kayu. Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, Kompol Dodi Rachmawan, berusaha menjinakkan bom.
Dengan bantuan seseorang yang menyiram buku itu dengan air yang dialirkan melalui selang, Kompol Dodi mulai membuka lembar demi lembar buku itu, hingga ia menemukan benda putih seukuran baterai handhone. Entah apa yang ada di benak Kompol Dodi, yang jelas ia segera menarik benda putih itu, dan bom pun meledak.
Asap kelabu membumbung bersama serpihan kertas putih yang tersebar. Teriakan-teriakan panik terdengar. Dodi terluka parah. Tangan kirinya hancur. Serpihan dagingnya terlempar hingga menempel ke rambut seorang petugas kebersihan kanalinformasi.com berada di tempat kejadian.
Seorang anggota petugas keamanan juga terlempar hingga tiga meter dan pingsan. Beberapa wartawan juga mengalami hal yang sama. Sisanya bubar. Seorang polisi terduduk dengan wajah berwarna abu-abu terkena residu ledakan. Ia tampak trauma. Suasana mendadak kacau balau.
Dan setelah itu, ceritanya seperti yang telah kita ketahui bersama. [guh]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04