Berita

PKS: Kapan Presiden Duduk Bareng Kami?

SABTU, 12 MARET 2011 | 14:53 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Partai Keadilan Sejahtera berharap partai-partai koalisi pemerintah, termasuk Partai Demokrat, menjinakkkan "suara-suara liar" yang selama ini mengganggu sistem dan lingkungan koalisi. Jika tidak, akan terus bermunculan pendapat-pendapat elit partai yang menimbulkan keresahan rekan-rekan koalisi lainnya.

"Belajar dari kasus (perpecahan koalisi), harus ada proses konsolidasi partai politik termasuk Demokrat  agar tidak ada suara-suara liar yang mengganggu sistem dan lingkungan koalisi. Itu yang harus dikonsentrasikan," ujar Wasekjen DPP PKS, Mahfudz Siddiq, dalam diskusi "Politik Undur-undur" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (12/3).

Mahfudz melanjutkan, untuk mengidentifikasi masalah di dalam koalisi dan mengggelar konsolidasi, Parpol koalisi memiliki rujukan yang jelas yaitu dokumen koalisi yang ditandatangani menjelang pemerintahan SBY-Boediono. Dia, yang termasuk Tim 9 penyusun kontrak politik itu, membagi dokumen jadi tiga bagian. Pertama, piagam koalisi; Kedua, agenda dan mekanisme kerja koalisi; dan ketiga adalah code of conduct yang terdiri dari 11 poin (disusun setelah SBY-Boediono menang Pilpres 2009).


Dalam dokumen kedua dijelaskan secara jelas bahwa Presiden sebagai ketua koalisi memiliki forum pertemuan dengan para pimpinan Parpol dan secara periodik membahas hal-hal prinsipil dan strategis.

"Yang seringkali diutarakan pimpinan partai adalah kapan presiden duduk bareng pimpinan partai? Kami juga paham presiden punya banyak kesibukan. Tapi seringkali rapat berulang-ulang tapi rujukannya dasarnya tidak jelas," keluh Mahfudz.

Ketua Komisi I DPR ini menyontohkan, pada saat rapat Setgab Koalisi membahas angket pajak DPR, tiba-tiba ada sekelompok elit partai yang mengklaim memegang arahan presiden untuk diterapkan semua fraksi pendukung pemerintah di DPR.[ald]

Populer

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya