RMOL. Kepolisian Republik Indonesia telah menangkap dua orang dari kerusuhan Temanggung, Jawa Tengah dan Cikeusik, Banten, yang diduga menjadi aktor intelektual penyerangan terhadap Jamaah Ahmadiyah dan rumah ibadah berselang satu hari.
Pengamat kepolisian Indonesia Police Watch, Neta Pane, meminta kepolisian tidak menyembunyikan apablila ditemukan kepentingan politik di balik aksi-aksi kekerasan berlatarbelakang agama pekan lalu itu.
"Terutama kasus Cikeusik, Pandeglang, ada satu sinyal bawah ini sarat politik, yaitu penggunaan pita dan itu berkaitan dengan warna partai tertentu," ujar Neta kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Senin, 14/2).
Ada dua indikasi yang ditangkap dari penggunaan pita berwarna biru itu. Apakah aktor intelektual itu ingin pojokkan partai tertentu yang identik dengan warna biru, atau, ada oknum tertentu di Jakarta yang memiliki agenda politik tertentu seperti mengalihkan isu-isu kenaikan Sembako atau kegagalan pemerintah dan mendiskreditkan tokoh-tokoh agama yang kritis pada pemerintah.
"Untuk itulah Kapolri harus perintahkan Kapolda Banten yang baru segera dengan cepat mengungkap apa makna apa di balik penggunaan pita itu. Apakah ada kaitan dengan Jakarta dimana pertarungan elit politik semakin sengit setelah sejumlah elit partai ditangkap KPK," tegasnya.
[ald]