RMOL. Siapa yang tidak kenal Surono atau bersapaan Mbah Rono. Sebelum bencana gunung meletus merebak serentak di Nusantara, namanya memang tak sepopuler para politisi kawakan.
Lahir di Cilacap, Jawa tengah, 8 Juli 1955, Surono adalah rujukan bagi manusia Indonesia yang tercekam dengan kemarahan perut bumi kita. Beliau kerap tampil menjadi narasumber utama bagi kalangan peliput bencana dan masyarakat luas.
Kala Sinabung dan Merapi murka memakan ratusan korban cidera dan jiwa, Surono hampir setiap hari muncul di layar kaca, media online, hingga media cetak atau live di radio. Ia menjadi rujukan dan acuan detik per detik perkembangan gunung-gunung berstatus Awas tersebut.
Setiap ia tetapkan status Awas, berarti ribuan orang diungsikan dari kampung halamannya. Kadang ia ditaati, namun ada juga warga yang menolak imbauannya. Khas dengan nada bicaranya yang lembut, Surono hanya berharap kepada warga untuk mendengarkan arahan dari pemerintah. Sedangkan kepada relawan, Surono mengingatkan untuk tetap berkoodinasi dengan PVMBG. Begitu berat tugas yang ia jalani dengan tulus hati.
Tak salah,
Rakyat Merdeka Online memberikan "status"
Guard of Nature pada alumnus Institut Teknologi Bandung ini. Malam ini (Kamis, 27/1) di Jakarta Media Center, Jakarta Pusat, Malam Anugerah Man of the Year 2010. Surono akan menerima penghargaan itu atas jasa-jasanya bagi penyelamatan jiwa ribuan rakyat di daerah-daerah rawan letusan gunung vulkanik.
[ald]