ilustrasi, siswa sma
ilustrasi, siswa sma
RMOL.Program wajib belajar semÂbilan tahun sudah saatnya diubah jadi program wajib belajar 12 tahun. Pasalnya, banyak generasi muda yang putus sekoÂlah pada tingkat Sekolah MeÂneÂngah Atas (SMA) dibanding tingÂkat SekoÂlah Dasar (SD) atau SeÂkolah MeÂnengah Pertama (SMP).
Anggota Komisi X DPR NurÂhasan Zaidi mengatakan, progÂram wajib belajar sembilan tahun telah membawa banyak kemaÂjuan. Berdasarkan Angka PartisiÂpasi Kasar (APK) siswa setingkat SMP, MTs (Madrasah TsaÂnaÂwiyah), Paket B, dan SMPLB menÂcapai 91,55 persen.
“Artinya, hanya delapan persen anak usia ini yang belum berseÂkolah,†ujar Nurhasan.
Sementara APK pada anak usia penÂdidikan setingkat SMA, MA (Madrasah Aliyah), MA, Paket C atau Sekolah Menengah Luas Biasa (SMLB) baru mencapai 48,74 persen. Artinya, lebih dari 50 persen siswa lulus SMP tidak melanÂjutkan studinya ke tingkat beriÂkutnya di SMA, MA, Paket C atau SMLB.
“Angka drop out tadi sungguh mengkhawatirkan. Dapat kita baÂyangkan, kemampuan apa yang bisa dimiliki seorang warga InÂdonesia yang hanya dibekali pendidikan setingkat SMP?,†tanya Nurhasan.
Politisi PKS ini mengÂkhawaÂtirkan, masih banyaknya generasi muda yang tidak meÂlanjutkan seÂkolah sehingga berÂdampak pada daya saing bangsa ke depan. ApaÂlagi, saat ini InÂdoÂnesia menghaÂdapi tantangan dan persaingan global seperti perÂdagangan bebas.
Berdasarkan penelitian Bank Dunia, faktor doÂmiÂnan penentu daya saing bangsa di abad ke-21 adalah inovasi (45 perÂsen), tekÂnologi (30 persen), jaÂringan kerja sama (15 persen). Sementara sumÂber daya alam memÂberi kontribusi hanya 10 perÂsen.
“Bagaimana mungkin bisa berÂsaing bila generasi peneÂrusnya haÂnya tamat SMP,†cetusnya.
Politisi yang juga menjabat Ketua Forum Umat Islam (FUI) Jawa Barat ini menilai, alasan peÂmerintah yang selama ini enggan menjadikan pendidikan wajib 12 tahun karena terkendala sumber pembiayaan.
Lebih baik, menurut dia, dana yang tersedia difokuskan pada peningkatan mutu sekolah-seÂkoÂlah menengah pertama dibanÂding memperluas pemerataan pendidiÂkan hingga SMA.
Dengan minimnya anggaran tersebut, lanjutnya, peÂmerintah pusat tampaknya lepas tangan dan lebih suka mengÂanÂjurÂkan pemeÂrintah daerah saja yang melaksaÂnakannya. Salah satu pasal dalam PP No.47 tahun 2008 terÂsebut meÂmang menegaskan bahwa Pemda dapat melakÂsaÂnaÂkan wajib belajar 12 tahun.
Anjuran itu sudah mulai dilakÂsanakan. Hingga pertengahan tahun lalu, ada 10 provinsi yang telah melakukan pencanangan wajib belajar 12 tahun, yaitu SuÂmatera Selatan, DKI Jakarta, KaÂlimantan Timur, Jawa Barat, SuÂlawesi Selatan, Maluku, SulaÂwesi Tenggara, Bali, Sumatera BaÂrat dan Kalimantan Barat. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08
Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10
Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04