Bendera Pantai Gading
Bendera Pantai Gading
RMOL.Krisis pemerintahan di Pantai Gading bikin rakyatnya bingung dan takut. Penculikan, pembuÂnuhan, dan kekerasan bersenjata terus terjadi. Khawatir terjadi pertumpahan darah besar-beÂsaran, PBB memutuskan meÂnambah 2.000 personel lagi ke neÂgara itu, hari Rabu (19/1).
Dengan adanya resolusi baru dari Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menambah personel itu, jumlah anggota pasukan perÂdamaian PBB di Pantai Gading mencapai 11.800 orang.
Perdana Menteri Kenya Raila Odinga yang diutus Uni Afrika (UA) untuk menengahi konflik politik di Pantai Gading meÂngaÂtakan, jalan damai gagal. Pantai Gading tetap memiliki dua preÂsiden: Laurent Gbagbo dan AlasÂsane Ouattara. Gbagbo harus diÂhadapi dengan aksi militer karena meÂnolak jalan damai.
Situasi di negara penghasil kaÂkao terbesar di dunia itu semakin tidak menentu. Sejak sengketa hasil pemilu 28 November 2010 muncul dan berpuncak pada dualisme kekuasaan, hampir 250 orang tewas.
Belum lagi gelombang warga yang lari dari negaranya. Sudah lebih dari 20.000 orang lari ke negara tetangga, terutama LiÂbeÂria, karena mereka khawatir bisa menjadi korban kekerasan. Aksi kekerasan etnis di Rwanda pada tahun 1994 yang menewaskan 800.000 orang, juga dipicu konÂflik politik, dikhawatirkan terjadi di Pantai Gading.
Perang saudara pada tahun 2002 dan 2003 telah membagi Pantai Gading menjadi dua berÂdasarkan etnis: utara dan selatan. Ouattara dari utara, yang kini menjadi basis perjuangan pemÂberontak radikal yang ingin menjadi negara otonom, dan Gbagbo dari selatan.
Rakyat Pantai Gading kini deg-degan menanti apa yang terjadi selanjutnya. Setelah UA dan Ecowas mengancam akan mengÂgunakan kekuatan militer untuk memaksa Gbagbo turun, jenderal jalanan ini melawan. Ia menolak mediasi Odinga.
Tak hanya itu, Gbagbo terus- menerus unjuk kekuatan. PaÂsukan keamanan Gbagbo, Selasa lalu, menembak mati seorang warga Abobo. Kota niaga yang dihuni 1,7 juta orang ini meruÂpakan basis massa Ouattara. SeÂbelumnya, kantor partai opoÂsisi pendukung Ouattara dan SeÂkreÂtariat Kabinet Ouattara di Hotel Golf, Abijan, dikepung pasukan Gbagbo.
Ouattara sejak awal tidak menunjukkan perlawanan fisik. Dia merasa di atas angin karena didukung komunitas internaÂsional dengan garda paling depan adalah UA dan Ecowas. KoÂmuÂnitas internasional beralasan, Ouattara sah terpilih sebagai preÂsiden karena meraih 54,1 persen suara pada pemilu 28 November 2010. Gbagbo menolaknya.
Ouattara dinilai melakukan keÂcurangan pemilu. Mahkamah Konstitusi pun sudah memÂbaÂtalkan keÂmenangannya karena duÂgaan itu. Ouattara, yang dua kali diÂdisÂkualifikasi dalam dua kali pemilu sebelumnya karena diraÂguÂkan kewarÂgaÂneÂgaraanÂnya, memÂbanÂÂtah tudingan itu. [RM]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48
Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17
Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03
Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38
Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21
Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06
Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47