RMOL. Sikap kritis para tokoh agama, baik lisan maupun tertulis, adalah sikap dan pernyataan bersama yang secara kolektif telah disetujui oleh tokoh-tokoh agama yang namanya telah tertera di bagian akhir pernyataan bersama hasil pertemuan di PP Muhammadiyah (Senin, 10/1).
"Oleh karena itu bukan pandangan pribadi, walaupun banyak yang menyebut saya semacam provokator, itu adalah persepsi keliru dan pernyataan itu adalah sikap bersama, dibantu badan pekerja tokoh lintas agama dan berdasarkan fakta-fakta," ujar Ketua Presidium Inter Religious Council (IRC) Indonesia, Din Syamsuddin, saat konferensi pers di kantor CDCC, Jakarta Pusat, Selasa (18/1).
Tokoh dari hampir semua agama bersatu dalam gerakan moral, karena didorong rasa tanggung jawab, lanjut Din. Di Indonesia, jika ada penyimpangan dan penyelewengan, maka para tokoh agama terdorong meluruskannya dengan tanggung jawab, sekaligus rasa cinta pada bangsa dan negara.
"Tidak perlu disikapi sinis dan negatif apalagi bermotif politik. Memang bermotif politik, tapi politik kebangsaan bukan politik praksis. Apalagi dituduh untuk pemakzulan pemerintahan. Itu jauh dari pikiran tokoh lintas agama," tegas Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Sekali lagi Din tegaskan, kritik yang disampaikan barisan agamawan memang masuk ranah politik, tapi itu adalah politik kebangsaan dan itu tanggungjawab para pemimpin umat, karena menyangkut kesejahteraan dan kemiskinan rakyat.
[ald]