Pada 3 Agustus lalu, saya mengikuti Religious Education Forum di Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam forum bertajuk Building Peace and Harmony itu, hadir mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohammad sebagai keynote speaker.
Dalam usai 85 tahun, tubuhnya tidak terlihat ringkih. Pikiran-pikirannya tetap tajam dan jernih. Mahatir adalah living example seorang muslim yang mengamalkan surat 17, al-Isra: 80 dengan baik. Sebagai pemimpin Malaysia, Mahatir naik secara benar (mudkhala shidqin), turun secara benar (mukhraja shidqin) dan telah menjadi pemimpin yang menolong (sulthana al-nashira).
Memimpin selama 23 tahun, Mahatir berhasil mengangkat harkat-martabat bangsa dan negara Malaysia ke posisi yang terhormat (maqama al-mahmuda). Walaupun start lebih lambat, Malaysia melesat meninggalkan ”saudara tuanya”, Indonesia.
Ketika memasuki aula utama Palace of the Golden Horses Hotel, saya menangkap aura, bahwa bagi rakyat Malaysia, Mahatir tetap seorang perdana menteri. Mahatir adalah seorang
Malaysian Maverick yang turun tahta ketika Negeri Jiran itu makmur dan maju. Mahatir adalah pemimpin kuat dan dicintai rakyat karena sikap tegar dan kerja kerasnya bukan karena memelas dan mengiba-iba.
Meskipun kepemimpinannya tak tertandingi, Mahatir tidak korup, tiranik dan rakus serta membangun dinasti dan kroni-isme. Memang tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi, dunia mengakui, Mahatir adalah sosok pemimpin fenomenal yang berhasil.
Sebagai pemimpin, Mahatir telah mengamalkan Hadits Nabi: ”...
makanlah ketika kamu (benar-benar) lapar, dan berhentilah sebelum kenyang...” dalam gelanggang politik. Makan terlalu banyak membuat seseorang mengalami obesitas dan rentan berbagai penyakit. Banyak pemimpin dunia jatuh karena dia tamak jabatan, memperkaya diri dengan korupsi dan mabuk kekuasaan.
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk melatih jiwa dan raga kita mengamalkan Hadits Nabi di atas. Makan dan minum saat berbuka terasa nikmat luar biasa karena kita mengonsumsinya saat lapar dan dahaga. Berhentilah sebelum kenyang agar kita dapat beribadah dengan nikmat. Ajaran Nabi Muhammad ini tidak hanya untuk diet nutrisi, tetapi untuk segala aspek kehidupan, termasuk politik, jabatan dan kekuasaan.
Penulis adalah Sekretaris PP Muhammadiyah